Papers by Indrya Mulyaningsih

Penokohan: Rusli (soleh, sabar, taat beribadah), Fatimah (solekhah, penuh pengertian), Sukma (sol... more Penokohan: Rusli (soleh, sabar, taat beribadah), Fatimah (solekhah, penuh pengertian), Sukma (solekhah, sabar, bijaksana), Haji Mahfud (bijaksana), dan Haji Lathif (penyuka perempuan). Sinopsis Cerita berawal ketika Rusli yang dari Jawa Timur menimba ilmu di pondok pesantren asuhan Kiai Mahfud, Jawa Tengah. Karena perangai dan pribadinya yang baik, Rusli mendapat kepercayaan dari Kiai Mahfud. Rusli diminta untuk membantu berbagai urusan yang berkaitan dengan pondok. Rusli mendapat kepercayaan melebihi senior-seniornya. Rusli mendapat kepercayaan dalam segala hal, salah satunya menjaga Fatimah, putri sang Kiai. Rusli menganggap Fatimah seperti adik sendiri. Seperti pemuda pada umumnya, meskipun berada di pondok, Rusli telah jatuh cinta dan menjalinnya dengan Sukma, teman Fatimah. Namun cinta keduanya harus kandas karena Kiai meminta Rusli untuk menikahi Fatimah. Ketika Kiai Lathif melamar, Fatimah menyatakan sudah milik Rusli. Kiai Lathif adalah pimpinan pondok pesantren tempat Fatimah menuntut ilmu. Istri Kiai Lathif sudah meninggal. Akhirnya Fatimah menikah dengan Rusli. Namun, hati Rusli tak sepenuhnya milik Fatimah karena Rusli masih tidak bisa melupakan Sukma. Penderitaan yang teramat sangat dirasakan oleh Rusli dan Sukma. Setahun menikah, Rusli memiliki seorang anak laki-laki, tetapi Fatimah meninggal ketika melahirkannya. Setelah Kiai Mahfud tahu bahwa Rusli masih mencintai Sukma, beliau memberi izin dan merestui Rusli untuk menikahi Sukma. Hal ini dilakukan sebagai permintaan maaf karena sebelumnya telah memisahkan mereka. Akhirnya Rusli dan Sukma menikah. Pernikahan mereka tidak lama *Dosen bahasa Indonesia IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Bahasa merupakan sarana utama dalam penulisan karya ilmiah. Begitu pentingnya peran bahasa, maka ... more Bahasa merupakan sarana utama dalam penulisan karya ilmiah. Begitu pentingnya peran bahasa, maka sangat perlu bagi para mahasiswa untuk menguasainya. Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Yakub (2009: 55) cirri bahasa keilmuan meliputi: reproduktif, tidak ambigu, tidak emotif, penggunaan ragam baku, penggunaan istilah keilmuan, bersifat denotatif, rasional, kohesif, langsung ke sasaran, dan penggunaan kalimat efektif. 1. Bahasa Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu tulisan layak disebut sebagai karya ilmiah adalah komunikatif, bernalar, ekonomis, landasan teori yang kuat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Berikut ini contoh yang biasa dilakukan pada tulisan karya ilmiah. Seseorang dapat menyampaikan idea tau gagasan melalui dua cara, yakni lisan dan tertulis. Pada saat seseorang sedang berbicara berarti menggunakan ragam lisan. Apabila seseorang menyampaikan dalam bentuk tulisan, berarti menggunakan ragam tulis. Perhatikan contoh berikut. Kucing makan tikus mati. Sepintas kalimat di atas benar, tetapi ketika ada pertanyaan 'yang mati apa?'. Jawaban yang muncul akan banyak. Bergantung pada pembaca, mungkin tikus dan mungkin kucing. Perhatikan penjedaan (berhenti sejenak) kalimat berikut. a. Kucing/ makan/ tikus mati//. b. Kucing makan/ tikus mati//. c. Kucing makan tikus/ mati//. Penjedaan pada kalimat a memberi makna bahwa ada seekor kucing yang sedang memakan seekor tikus. Tikus itu sudah dalam keadaan tidak bernyawa atau mati. Jadi, kalimat a menggandung makna bahwa yang mati adalah tikus. Penjedaan pada kalimat b memberi makna bahwa ada dua kejadian. Kejadian pertama, ada seekor kucing yang sedang makan. Kejadian kedua, ada seekor tikus dalam
Uploads
Papers by Indrya Mulyaningsih