Di lingkungan umat Islam, nama al-Muhasibi tidak cukup masyhur. Popularitasnya kalah dengan para ... more Di lingkungan umat Islam, nama al-Muhasibi tidak cukup masyhur. Popularitasnya kalah dengan para yuniornya seperti al-Ghazali, Junaid al-Bagdadi, Abi al-Hasan al-Syadzili, dan Abdul Qadir al-Jilani. Namun, di kalangan para pengkaji tasawuf, nama al-Muhasibi bukan nama asing. Buku-buku al-Muhasibi bahkan telah lama menjadi rujukan utama para sufi seperti al-Ghazali dan al-Junaid. Begitu juga dengan sufi-sufi lain yang banyak mengutip tasawuf al-Muhasibi seperti al-Qusyairi, al-Sarraj, al-Hujwiri, dan lain-lain. Perujukan pada tasawuf al-Muhasibi tersebut bisa dimaklumi karena al-Muhasibi merupakan salah satu ulama yang meletakkan dasar-dasar tasawuf. Ia tak hanya mendidik para murid melainkan juga menulis buku. Di antara karyanya yang cukup monumental adalah al-Ri`ayah li huquq Allah, dan al-Washaya. Namun, al-Ri`ayah li Huquq Allah merupakan karya al-Muhasibi yang paling banyak dirujuk para ulama sufi pasca al-Muhasibi. Karena itu, membedah kitab tersebut adalah cukup penting. Namun, sebelum artikel ini menelaah kitab tersebut, penting kiranya dikemukakan biografi sosial intelektual al-Muhasibi. Sebab, dengan cara itu akan diketahui bagaimana pola pembentukan tasawuf al-Muhasibi, bagaimana konteks sosial yang ikut mempengaruhi tasawuf al-Muhasibi.
There are problems of islamic jurisprudence existing in society, but Qur'an and hadith as the ref... more There are problems of islamic jurisprudence existing in society, but Qur'an and hadith as the references of shari'a are keep stagnant. Text of Qur'an and hadith are stagnant-without development, while the problems of jurisprudence are still growing. In fact, it is impossible to leave the problems without a solution. In that context, like other Islamic organizations, Nahdhatul Ulama (NU) actively issues religious fatwas. In order to keep the religious fatwa still based on the islamic law, NU has established a procedure of bahtsul masail, which is a scientific forum to respond the problems of jurisprudence, both individual and public jurisprudence related to public affairs. In delivering fatwa or answering the problems of jurisprudence, NU likely only picks up old Jurisprudence reference which are relevant to the problems. However, NU is allowed to perform ilhaqul masa'il binadhairiha, even istinbath in jama'i if the problems of Jurisprudence which can not be solved with the old Jurisprudence reference.
Fikih-fikih keislaman klasik umumnya disusun dalam satu konteks di mana umat Islam adalah warga m... more Fikih-fikih keislaman klasik umumnya disusun dalam satu konteks di mana umat Islam adalah warga mayoritas dalam sebuah wilayah. Kini umat Islam tersebar di hampir semua negara di dunia. Tak jarang mereka tinggal di lingkungan negara di mana jumlah umat Islam sangat kecil, minoritas. Suasana mayoritas dan minoritas muslim akan mempengaruhi corak fikih yang diproduksi para ulama. Artikel ini membahas kemungkinan membuat fikih minoritas (fiqh al-aqalliyat).
Nama Ibnu Atha'illah al-Sakandari bukanlah nama yang asing. Karya-karyanya terutama kitab al-Hika... more Nama Ibnu Atha'illah al-Sakandari bukanlah nama yang asing. Karya-karyanya terutama kitab al-Hikam banyak dikaji di Indonesia. Dikaji bukan hanya di lingkungan pesantren melainkan juga di kota-kota besar seperti Jakarta seiring makin tingginya antusiasme masyarakat muslim kota mempelajari tasawuf. Artikel ini membedah kandungan kitab al-Hikam karya Ibnu Atha'illah tersebut.
Iddah dan ihdad bagian dari syariat Islam. Mengatur mengenai masa tunggu bagi istri yang dicerai ... more Iddah dan ihdad bagian dari syariat Islam. Mengatur mengenai masa tunggu bagi istri yang dicerai hidup atau cerai akibat kematian. Bagaimana memaknai keduanya dalam konteks sekarang. Artikel ini membahas tuntas tentang filosofi di balik pensyariatan iddah dan ihdad tersebut.
Tidak sedikit orang yang berpandangan bahwa masuk dan keluar dari suatu agama adalah hak privat y... more Tidak sedikit orang yang berpandangan bahwa masuk dan keluar dari suatu agama adalah hak privat yang melekat pada setiap orang. Tidak ada otoritas di luar diri seseorang yang boleh memaksa orang lain untuk menetap atau keluar dari suatu agama. Dengan perkataan lain, setiap manusia bebas dan merdeka untuk memilih atau keluar dari suatu agama. Itu sebab nya dalam masyarakat modern, kita kerap menyaksikan fenomena sekelompok orang yang dalam hidupnya ber kali-kali melakukan migrasi dari satu agama ke agama lain. Bahkan dalam beberapa kasus, satu rumah keluarga dihuni oleh anggota keluarga yang berlainan agama. Berpindah-pindah agama telah men jadi kecenderungan sebagian masyarakat modern.
Abstrak: Poligami tidak pernah usai diperbincangkan. Ia bisa dilihat dari berbagai per-spektif, m... more Abstrak: Poligami tidak pernah usai diperbincangkan. Ia bisa dilihat dari berbagai per-spektif, mulai dari perspektif sosial-budaya hingga dari perspektif teologi-tafsir. Artikel ini fokus pada bagaimana ulama, dari dulu hingga sekarang, mem-perbincangkan soal poligami. Bagaimana tafsir mereka terhadap QS. al-Nisâ " [4]: 3 yang secara tekstual menyebut soal poligami. Menarik, setelah ditelusuri, ternyata tidak ada pandangan tunggal tentang kebolehan poligami dalam konteks sekarang. Ada yang pro tanpa syarat, bahkan boleh bagi seorang suami untuk berpoligami hingga dengan sembilan istri secara sekaligus seperti di-lakukan Nabi Muhammad Saw. Ada yang setuju poligami dengan persyaratan yang ketat. Dikatakan, tidak setiap orang boleh berpoligami. Hanya dalam kondisi da-ruratlah poligami bisa ditoleransi. Artinya, dalam suasana normal, poligami tidak bisa dilakukan. Pertanyaannya, siapa yang punya otoritas menentukan kondisi darurat itu? Di sinilah titik masalahnya. Karena kondisi darurat itu bisa bias dan subyektif, maka muncul kelompok berikutnya yang kontra poligami. Bagi kelompok terakhir ini jelas, zaman Nabi memang zaman poligami, tapi zaman sekarang seharusnya adalah zaman monogami. Menurut kelompok ini, yang dituju dari pembatasan poligami oleh Al-Qur " an adalah monogami. Abstract: Polygamy is an unfinished talk. It could be discussed from any perspectives, such as socio-cultural and theology-interpretation. The focus of the article would be on how the ulama (Muslim scholars) past and present times discuss about polygamy, how they interpret the verse of al-Nisâ " [4]: 3 that is contextually states polygamy. The result has been interesting as a matter of fact there is no any monotonous view on the polygamy permission from the context of present time. Some ulama support it with loose and strict condition. Others say that polygamy is tolerable only in emergency condition. It means men could not do that in a normal situation. The question is who would be in charge to state the emergency situation. This is the point of the problem. The emergency condition might be bias and subjective. It invites other groups that are contra to polygamy. They argue that polygamy was tolerable in the prophet time, today is the monogamy time. Furthermore, they state that the objective of polygamy limitation by the Qur " an is monogamy
This article tries to explain the basic understanding of the term'lslam Nusantara' (Archipelagic ... more This article tries to explain the basic understanding of the term'lslam Nusantara' (Archipelagic lslam), including its history and methodology. Academically, this article bases its premis on the main references written by lslamic scholars who have been proposing the importance of linking /s/am Nusa ntara with the culture of the people in the archipelago. By referring Volme 15, Nomor 2, Mei Agustus 2016 PEMBINA:
Al-Quran tak hanya berisi ayat aqidah dan akhlak. Ia juga berbicara soal hukum. Sekalipun secara ... more Al-Quran tak hanya berisi ayat aqidah dan akhlak. Ia juga berbicara soal hukum. Sekalipun secara kuantitatif tergolong sedikit, ayat-ayat hokum dalam al-Qur'an mencakup semua aspek kehidupan manusia. Di dalamnya ayat ibadah. Tapi banyak juga ayat ahkam terkait mu'amalah-perdata dan jinayah-pidana. Buku ini membahas secara rinci soal pernikahan, peperangan, pindah agama, korupsi, dan lain-lain.
Di lingkungan umat Islam, nama al-Muhasibi tidak cukup masyhur. Popularitasnya kalah dengan para ... more Di lingkungan umat Islam, nama al-Muhasibi tidak cukup masyhur. Popularitasnya kalah dengan para yuniornya seperti al-Ghazali, Junaid al-Bagdadi, Abi al-Hasan al-Syadzili, dan Abdul Qadir al-Jilani. Namun, di kalangan para pengkaji tasawuf, nama al-Muhasibi bukan nama asing. Buku-buku al-Muhasibi bahkan telah lama menjadi rujukan utama para sufi seperti al-Ghazali dan al-Junaid. Begitu juga dengan sufi-sufi lain yang banyak mengutip tasawuf al-Muhasibi seperti al-Qusyairi, al-Sarraj, al-Hujwiri, dan lain-lain. Perujukan pada tasawuf al-Muhasibi tersebut bisa dimaklumi karena al-Muhasibi merupakan salah satu ulama yang meletakkan dasar-dasar tasawuf. Ia tak hanya mendidik para murid melainkan juga menulis buku. Di antara karyanya yang cukup monumental adalah al-Ri`ayah li huquq Allah, dan al-Washaya. Namun, al-Ri`ayah li Huquq Allah merupakan karya al-Muhasibi yang paling banyak dirujuk para ulama sufi pasca al-Muhasibi. Karena itu, membedah kitab tersebut adalah cukup penting. Namun, sebelum artikel ini menelaah kitab tersebut, penting kiranya dikemukakan biografi sosial intelektual al-Muhasibi. Sebab, dengan cara itu akan diketahui bagaimana pola pembentukan tasawuf al-Muhasibi, bagaimana konteks sosial yang ikut mempengaruhi tasawuf al-Muhasibi.
There are problems of islamic jurisprudence existing in society, but Qur'an and hadith as the ref... more There are problems of islamic jurisprudence existing in society, but Qur'an and hadith as the references of shari'a are keep stagnant. Text of Qur'an and hadith are stagnant-without development, while the problems of jurisprudence are still growing. In fact, it is impossible to leave the problems without a solution. In that context, like other Islamic organizations, Nahdhatul Ulama (NU) actively issues religious fatwas. In order to keep the religious fatwa still based on the islamic law, NU has established a procedure of bahtsul masail, which is a scientific forum to respond the problems of jurisprudence, both individual and public jurisprudence related to public affairs. In delivering fatwa or answering the problems of jurisprudence, NU likely only picks up old Jurisprudence reference which are relevant to the problems. However, NU is allowed to perform ilhaqul masa'il binadhairiha, even istinbath in jama'i if the problems of Jurisprudence which can not be solved with the old Jurisprudence reference.
Fikih-fikih keislaman klasik umumnya disusun dalam satu konteks di mana umat Islam adalah warga m... more Fikih-fikih keislaman klasik umumnya disusun dalam satu konteks di mana umat Islam adalah warga mayoritas dalam sebuah wilayah. Kini umat Islam tersebar di hampir semua negara di dunia. Tak jarang mereka tinggal di lingkungan negara di mana jumlah umat Islam sangat kecil, minoritas. Suasana mayoritas dan minoritas muslim akan mempengaruhi corak fikih yang diproduksi para ulama. Artikel ini membahas kemungkinan membuat fikih minoritas (fiqh al-aqalliyat).
Nama Ibnu Atha'illah al-Sakandari bukanlah nama yang asing. Karya-karyanya terutama kitab al-Hika... more Nama Ibnu Atha'illah al-Sakandari bukanlah nama yang asing. Karya-karyanya terutama kitab al-Hikam banyak dikaji di Indonesia. Dikaji bukan hanya di lingkungan pesantren melainkan juga di kota-kota besar seperti Jakarta seiring makin tingginya antusiasme masyarakat muslim kota mempelajari tasawuf. Artikel ini membedah kandungan kitab al-Hikam karya Ibnu Atha'illah tersebut.
Iddah dan ihdad bagian dari syariat Islam. Mengatur mengenai masa tunggu bagi istri yang dicerai ... more Iddah dan ihdad bagian dari syariat Islam. Mengatur mengenai masa tunggu bagi istri yang dicerai hidup atau cerai akibat kematian. Bagaimana memaknai keduanya dalam konteks sekarang. Artikel ini membahas tuntas tentang filosofi di balik pensyariatan iddah dan ihdad tersebut.
Tidak sedikit orang yang berpandangan bahwa masuk dan keluar dari suatu agama adalah hak privat y... more Tidak sedikit orang yang berpandangan bahwa masuk dan keluar dari suatu agama adalah hak privat yang melekat pada setiap orang. Tidak ada otoritas di luar diri seseorang yang boleh memaksa orang lain untuk menetap atau keluar dari suatu agama. Dengan perkataan lain, setiap manusia bebas dan merdeka untuk memilih atau keluar dari suatu agama. Itu sebab nya dalam masyarakat modern, kita kerap menyaksikan fenomena sekelompok orang yang dalam hidupnya ber kali-kali melakukan migrasi dari satu agama ke agama lain. Bahkan dalam beberapa kasus, satu rumah keluarga dihuni oleh anggota keluarga yang berlainan agama. Berpindah-pindah agama telah men jadi kecenderungan sebagian masyarakat modern.
Abstrak: Poligami tidak pernah usai diperbincangkan. Ia bisa dilihat dari berbagai per-spektif, m... more Abstrak: Poligami tidak pernah usai diperbincangkan. Ia bisa dilihat dari berbagai per-spektif, mulai dari perspektif sosial-budaya hingga dari perspektif teologi-tafsir. Artikel ini fokus pada bagaimana ulama, dari dulu hingga sekarang, mem-perbincangkan soal poligami. Bagaimana tafsir mereka terhadap QS. al-Nisâ " [4]: 3 yang secara tekstual menyebut soal poligami. Menarik, setelah ditelusuri, ternyata tidak ada pandangan tunggal tentang kebolehan poligami dalam konteks sekarang. Ada yang pro tanpa syarat, bahkan boleh bagi seorang suami untuk berpoligami hingga dengan sembilan istri secara sekaligus seperti di-lakukan Nabi Muhammad Saw. Ada yang setuju poligami dengan persyaratan yang ketat. Dikatakan, tidak setiap orang boleh berpoligami. Hanya dalam kondisi da-ruratlah poligami bisa ditoleransi. Artinya, dalam suasana normal, poligami tidak bisa dilakukan. Pertanyaannya, siapa yang punya otoritas menentukan kondisi darurat itu? Di sinilah titik masalahnya. Karena kondisi darurat itu bisa bias dan subyektif, maka muncul kelompok berikutnya yang kontra poligami. Bagi kelompok terakhir ini jelas, zaman Nabi memang zaman poligami, tapi zaman sekarang seharusnya adalah zaman monogami. Menurut kelompok ini, yang dituju dari pembatasan poligami oleh Al-Qur " an adalah monogami. Abstract: Polygamy is an unfinished talk. It could be discussed from any perspectives, such as socio-cultural and theology-interpretation. The focus of the article would be on how the ulama (Muslim scholars) past and present times discuss about polygamy, how they interpret the verse of al-Nisâ " [4]: 3 that is contextually states polygamy. The result has been interesting as a matter of fact there is no any monotonous view on the polygamy permission from the context of present time. Some ulama support it with loose and strict condition. Others say that polygamy is tolerable only in emergency condition. It means men could not do that in a normal situation. The question is who would be in charge to state the emergency situation. This is the point of the problem. The emergency condition might be bias and subjective. It invites other groups that are contra to polygamy. They argue that polygamy was tolerable in the prophet time, today is the monogamy time. Furthermore, they state that the objective of polygamy limitation by the Qur " an is monogamy
This article tries to explain the basic understanding of the term'lslam Nusantara' (Archipelagic ... more This article tries to explain the basic understanding of the term'lslam Nusantara' (Archipelagic lslam), including its history and methodology. Academically, this article bases its premis on the main references written by lslamic scholars who have been proposing the importance of linking /s/am Nusa ntara with the culture of the people in the archipelago. By referring Volme 15, Nomor 2, Mei Agustus 2016 PEMBINA:
Al-Quran tak hanya berisi ayat aqidah dan akhlak. Ia juga berbicara soal hukum. Sekalipun secara ... more Al-Quran tak hanya berisi ayat aqidah dan akhlak. Ia juga berbicara soal hukum. Sekalipun secara kuantitatif tergolong sedikit, ayat-ayat hokum dalam al-Qur'an mencakup semua aspek kehidupan manusia. Di dalamnya ayat ibadah. Tapi banyak juga ayat ahkam terkait mu'amalah-perdata dan jinayah-pidana. Buku ini membahas secara rinci soal pernikahan, peperangan, pindah agama, korupsi, dan lain-lain.
Uploads
Papers by Abd. Moqsith
Perujukan pada tasawuf al-Muhasibi tersebut bisa dimaklumi karena al-Muhasibi merupakan salah satu ulama yang meletakkan dasar-dasar tasawuf. Ia tak hanya mendidik para murid melainkan juga menulis buku. Di antara karyanya yang cukup monumental adalah al-Ri`ayah li huquq Allah, dan al-Washaya. Namun, al-Ri`ayah li Huquq Allah merupakan karya al-Muhasibi yang paling banyak dirujuk para ulama sufi pasca al-Muhasibi. Karena itu, membedah kitab tersebut adalah cukup penting. Namun, sebelum artikel ini menelaah kitab tersebut, penting kiranya dikemukakan biografi sosial intelektual al-Muhasibi. Sebab, dengan cara itu akan diketahui bagaimana pola pembentukan tasawuf al-Muhasibi, bagaimana konteks sosial yang ikut mempengaruhi tasawuf al-Muhasibi.
Books by Abd. Moqsith
Perujukan pada tasawuf al-Muhasibi tersebut bisa dimaklumi karena al-Muhasibi merupakan salah satu ulama yang meletakkan dasar-dasar tasawuf. Ia tak hanya mendidik para murid melainkan juga menulis buku. Di antara karyanya yang cukup monumental adalah al-Ri`ayah li huquq Allah, dan al-Washaya. Namun, al-Ri`ayah li Huquq Allah merupakan karya al-Muhasibi yang paling banyak dirujuk para ulama sufi pasca al-Muhasibi. Karena itu, membedah kitab tersebut adalah cukup penting. Namun, sebelum artikel ini menelaah kitab tersebut, penting kiranya dikemukakan biografi sosial intelektual al-Muhasibi. Sebab, dengan cara itu akan diketahui bagaimana pola pembentukan tasawuf al-Muhasibi, bagaimana konteks sosial yang ikut mempengaruhi tasawuf al-Muhasibi.