Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak akar pasak bumi (Eurycoma longifol... more Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) terhadap peningkatan konsentrasi testosteron domba Waringin. Dalam penelitian ini digunakan dua ekor domba waringin jantan berumur ±4 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan pola bujur sangkar latn 2 x 2 sehingga hewan percobaan diberi perlakuan 20 mL akuades per oral sebagai kontrol (P1) dan 20 mL larutan yang mengandung 45 mg/kg bobot badan ekstrak pasak bumi yang diberikan per oral (P2). Perlakuan diberikan selama enam hari pada pukul 09.00 WIB. Pada bulan ke-1 domba pertama mendapat perlakuan P1 sedangkan domba kedua mendapat perlakuan P2. Sebaliknya, pada bulan ke-2 domba pertama mendapat perlakuan P2 sedangkan domba kedua mendapat perlakuan P1. Koleksi darah untuk pemeriksaan konsentrasi hormon testosteron dilakukan lima jam setelah pemberian ekstrak akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack). Analisis konsentrasi testosteron dila...
Buletin Pengabdian: Bulletin of Community Services, 2021
ABSTRAKKegiatan pengabdian bertujuan membentuk sistem kemitraan dengan peternak melalui pemberian... more ABSTRAKKegiatan pengabdian bertujuan membentuk sistem kemitraan dengan peternak melalui pemberian bantuan kambing terbatas selama enam bulan atau satu kali siklus reproduksi dengan introduksi teknologi manipulasi ovulasi dan inseminasi buatan sehingga penguatan modal usaha dapat ditingkatkan. Pada kegiatan ini dilibatkan sepuluh orang khalayak sasaran dari Desa (Gampong) Ajee Rayeuk, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Kriteria khalayak sasaran yaitu 1) mempunyai pendapatan terendah, 2) mempunyai pengalaman beternak kambing, baik memelihara ternak kambing milik pribadi atau memelihara ternak kambing milik orang lain, 3) mempunyai kandang minimal untuk empat ekor ternak, dan 4) mempunyai anggota keluarga yang mampu dan mempunyai waktu untuk fokus mengurus dan memelihara ternaknya. Pengadaan kambing bantuan dilakukan oleh tim pengabdi berdasarkan kriteria sudah pernah beranak, sehat secara klinis, dan berumur 3 tahun, sehingga masih memiliki produktivitas yang tinggi. Jumlah p...
Papaya leaves contain metabolite compounds that have anti-inflammatory and wound-healing properti... more Papaya leaves contain metabolite compounds that have anti-inflammatory and wound-healing properties. This leaf extract as a transdermal patch allows easy application for wound healing. This study aimed to examine the phytochemicals of papaya leaves and determine the formulation of the transdermal patch. This study employed qualitative methods with color testing and quantitative methods with Gas Chromatography-Mass Spectrophotometry (GC-MS) to determine the phytochemical profiles of papaya leaves. The optimization test of patches used Response Surface Methodology with Box-Behnken design on Expert Version 12 software. There were three factors (x) tested in the study, namely PVP, ethyl cellulose, and Ethanol Extract of Papaya Leaves (EECP). There were also three responses (y) investigated, namely thickness, weight, and moisture content. The phytochemical color testing results revealed the presence of alkaloids, steroid, terpenoid, saponins, flavonoids, phenolic compounds and the GC-MS analysis showed six compounds with the widest areas. From an ANOVA analysist, the p-value was significant (<0.5) while the match value was less significant (p-value >5%). The optimal patch found in this study was the one containing PVP (0.3 mg), ethyl cellulose (0.4 mg), and EECP (0.3 mg). In terms of response values (y), the patch had a thickness of 0.25 mm, a weight of 82 mg, and a moisture content of 4.39%.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil biokimia darah sapi aceh yang mengalami kawin beru... more Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil biokimia darah sapi aceh yang mengalami kawin berulang/repeat breeding (RB). Dalam penelitian ini digunakan 16 ekor sapi aceh yang terdiri atas tujuh ekor sapi aceh fertil dan sembilan ekor sapi aceh RB, yang berumur 3-8 tahun dengan skor kondisi tubuh (SKT) 3-4. Koleksi serum dilakukan untuk pemeriksaan profil biokimia darah meliputi kadar kolesterol, protein, dan glukosa. Kadar kolesterol; protein; dan glukosa sapi aceh fertil vs RB masing-masing adalah 185,86±45,34 vs 144,00±40,69 mg/dL; 6,57±1,55 vs 6,96±2,05 g/dL; dan 67,43±13,72 vs 73,78±15,83 mg/dL. Disimpulkan bahwa kadar glukosa sapi aceh RB lebih tinggi dibandingkan sapi fertile, sedangkan kadar kolesterol dan protein relatif sama.
Inseminasi buatan dikenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi ternak yang efektif. Penelit... more Inseminasi buatan dikenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi ternak yang efektif. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan inseminasi buatan pada sapi di Kabupaten Asahan yang dipelihara secara intensif. Metode penelitian ini adalah metode survey, menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara membagikan kuesioner dan wawancara langsung ke peternak sebagai tambahan informasi, sedangkan data sekunder didapat dari inseminator terkait tentang hasil inseminasi buatan di Kabupaten Asahan. Kuesioner yang digunakan mencakup pertanyaan tentang karakteristik sapi seperti: status kebuntingan sapi (konfirmasi dari petugas inseminator), jenis sapi, umur sapi, skor kondisi tubuh sapi, jumlah inseminasi buatan sampai bunting, tanda-tanda berahi, waktu pelaksanaan inseminasi buatan, bulan pelaksanaan inseminasi buatan, lama birahi pascapartus, jenis straw, jumlah dosis inseminasi, jarak waktu pelaporan berahi sampai denga...
The objective of this study was to determine the correlation between spermatozoa morphometry and ... more The objective of this study was to determine the correlation between spermatozoa morphometry and testosterone concentration in the epididymal caput, corpus, and cauda of aceh cattle. The epididymal sperm swab slides were stained using Williams's staining to examined the morphology and morphometry of spermatozoa whereas the level of testosterone from epididymal caput, corpus, and cauda extract was measured using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). The data of sperm morphology were presented descriptively whereas the data of sperm morphometry and testosterone concentration were analyzed using one way ANOVA. Pearson correlation test was conducted to know the correlation between the total length of spermatozoa (TLS) and testosterone concentration in three parts of epididymis. The result showed that the sperm morphology in caput, corpus, and cauda of epididymis was not different statistically. The TLS of aceh cattle at caput, corpus, and cauda epididymis were 69,70±0,8 µm, 70,...
Jurnal Kedokteran Hewan - Indonesian Journal of Veterinary Sciences
The purpose of this study was to determine the macro minerals concentration in serum of repeat br... more The purpose of this study was to determine the macro minerals concentration in serum of repeat breeding (RB) Aceh cattle. In this study 16 Aceh cattle were examined; they consisted of 7 fertile Aceh cattle (P1) and 9 Aceh cattle with RB (P2), all of which were 3-8 years old with abody condition score (BCS) of 3-4. Serum collection was carried out for examining the level of serum minerals, including magnesium, phosphorus, sodium, potassium, chloride, and calcium. Data was analysed using T-test. The levels of magnesium, phosphorus, sodium,potassium, chloride, and calcium in P1 vs P2 were 2.18±0.60 vs. 2.20±0.34 mg/dL; 6.18±1.34 vs. 6.48±0.74 mg/dL; 142.71±5.09 vs.142.44±2.29 mmol/L; 4.81±0.76 vs. 4.76±0.51 mmol/L; 104.57±4.35 vs. 107.67±7.36 mmol/L; and 9.07±0.45 vs. 9.90 ± 0.60 mg/dL (P0.05), respectively. It was concluded that the concentration of serum macro minerals do not affect the incidence of RB in Aceh cattle.
This study aims to determine the effect of seminal vesicle extract on cyclic adenosine monophosph... more This study aims to determine the effect of seminal vesicle extract on cyclic adenosine monophosphate responsive element modulator (CREM) expression in rat Sertoli cells. This study examined the expression of CREM on 20 male rats (Rattus norvegicus) at 4 months of age, weighing 250-300 g. The rats were divided into four groups: K0, KP1, KP2, and KP3. K0 group was injected with 0.2 ml normal saline; KP1 was injected with 25 mg cloprostenol (Prostavet C, Virbac S. A); KP2 and KP3 were injected with 0.2 and 0.4 ml seminal vesicle extract, respectively. The treatments were conducted 5 times within 12-day interval. At the end of the study, the rats were euthanized by cervical dislocation; then, the testicles were necropsied and processed for histology observation using immunohistochemistry staining. CREM expression in rat Sertoli cells was not altered by the administration of either 0.2 or 0.4 ml seminal vesicle extract. The administration of seminal vesicle extract is unable to increase CREM expression in rat Sertoli cells.
... Hal tersebut diperkuat oleh pembuktian Habibi (2006) bahwa sapi bali dengan fenotip yang sama... more ... Hal tersebut diperkuat oleh pembuktian Habibi (2006) bahwa sapi bali dengan fenotip yang sama ternyata berbeda secara genotif. ... Analisis Data Pita yang terbentuk selanjutnya dianalisis terhadap frekuensi alel, heterozigositas, proporsi jumlah loki polimorfik, dan jumlah alel ...
... KII 6 6(100) 5 (83,33) 5 (83,33) 7 1,4±0,3 n = Jumlah sampel ... Pemberian PGF2α dengan mengg... more ... KII 6 6(100) 5 (83,33) 5 (83,33) 7 1,4±0,3 n = Jumlah sampel ... Pemberian PGF2α dengan menggunakan protokol standar secara intramuskular menghasilkan angka kebuntingan sebesar 75,00% dan dengan sistem sinkronisasi singkat menghasilkan 83,33%. ...
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui waktu terbaik untuk mendapatkan akurasi tertinggi pada pe... more Tujuan penelitian ini adalah mengetahui waktu terbaik untuk mendapatkan akurasi tertinggi pada pemeriksaan kimia urin untuk diagnosis kebuntingan dini pada sapi lokal. Pemeriksaan urin dilakukan sesuai prosedur yang dikembangkan oleh Cuboni-Lunaas.Waktu koleksi urin adalah pada bulan ke-1, 2, dan 3 setelah inseminasi. Hasil positip dari pemeriksaan ditunjukkan oleh terbentuknya fluoresensi pada larutan. Hasil pemeriksaan ini dikonfirmasi dengan pemeriksaan kebuntingan secara manual. Akurasi metode diagnosis dengan kimia urin pada waktu pemeriksaan pada bulan ke-1, 2 dan 3 pasca inseminasi masing-masing adalah 75,0; 87,5; dan 100% untuk mendiagnosis sapi bunting dan 0,0; 100,0; dan 100,0 % pada untuk mendiagnosis sapi yang tidak bunting. Waktu pemeriksaan dengan akurasi terbaik untuk diagnosis bunting diperoleh pada bulan ke-3 sedang untuk diagnosis tidak bunting diperoleh pada bulan ke-2 pasca inseminasi. ____________________________________________________________________________________________________ Kata kunci: urin, diagnosis kebuntingan, akurasi
Jurnal Kedokteran Hewan - Indonesian Journal of Veterinary Sciences, 2012
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan intensitas berahi sapi aceh antara yang disinkronis... more Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan intensitas berahi sapi aceh antara yang disinkronisasi berahi dengan prostaglandin F 2 alfa (PGF 2 α) dan berahi alami. Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor sapi aceh betina yang dibagi atas dua kelompok. Kriteria sapi yang digunakan adalah umur 5-8 tahun, mempunyai bobot badan 150-250 kg, dan mempunyai minimal dua siklus reguler. Sapi yang digunakan mempunyai skor kondisi tubuh dengan kriteria baik, yaitu 3 atau 4 pada skala skor 5. Pada Kelompok I (KI) sapi disinkronisasi berahi mengunakan PGF 2 α sebanyak 5 mg/ml secara intramuskular. Pada kelompok II (KII) sapi dibiarkan memperlihatkan gejala berahi alami. Penilaian intensitas berahi dilakukan dengan memberi skor 1, 2, dan 3, berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Kune dan Solihati . Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan intensitas berahi sapi aceh baik yang disinkronisasi berahi dengan PGF 2 α dan sapi yang mengalami berahi alami dengan skor intensitas berahi masing-masing adalah 2,40±0,84 dan 2,70±0,48. ____________________________________________________________________________________________________________________ Kata kunci: sapi aceh, sinkronisasi, berahi alami, intensitas berahi
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak akar pasak bumi (Eurycoma longifol... more Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) terhadap peningkatan konsentrasi testosteron domba Waringin. Dalam penelitian ini digunakan dua ekor domba waringin jantan berumur ±4 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan pola bujur sangkar latn 2 x 2 sehingga hewan percobaan diberi perlakuan 20 mL akuades per oral sebagai kontrol (P1) dan 20 mL larutan yang mengandung 45 mg/kg bobot badan ekstrak pasak bumi yang diberikan per oral (P2). Perlakuan diberikan selama enam hari pada pukul 09.00 WIB. Pada bulan ke-1 domba pertama mendapat perlakuan P1 sedangkan domba kedua mendapat perlakuan P2. Sebaliknya, pada bulan ke-2 domba pertama mendapat perlakuan P2 sedangkan domba kedua mendapat perlakuan P1. Koleksi darah untuk pemeriksaan konsentrasi hormon testosteron dilakukan lima jam setelah pemberian ekstrak akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack). Analisis konsentrasi testosteron dila...
Buletin Pengabdian: Bulletin of Community Services, 2021
ABSTRAKKegiatan pengabdian bertujuan membentuk sistem kemitraan dengan peternak melalui pemberian... more ABSTRAKKegiatan pengabdian bertujuan membentuk sistem kemitraan dengan peternak melalui pemberian bantuan kambing terbatas selama enam bulan atau satu kali siklus reproduksi dengan introduksi teknologi manipulasi ovulasi dan inseminasi buatan sehingga penguatan modal usaha dapat ditingkatkan. Pada kegiatan ini dilibatkan sepuluh orang khalayak sasaran dari Desa (Gampong) Ajee Rayeuk, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Kriteria khalayak sasaran yaitu 1) mempunyai pendapatan terendah, 2) mempunyai pengalaman beternak kambing, baik memelihara ternak kambing milik pribadi atau memelihara ternak kambing milik orang lain, 3) mempunyai kandang minimal untuk empat ekor ternak, dan 4) mempunyai anggota keluarga yang mampu dan mempunyai waktu untuk fokus mengurus dan memelihara ternaknya. Pengadaan kambing bantuan dilakukan oleh tim pengabdi berdasarkan kriteria sudah pernah beranak, sehat secara klinis, dan berumur 3 tahun, sehingga masih memiliki produktivitas yang tinggi. Jumlah p...
Papaya leaves contain metabolite compounds that have anti-inflammatory and wound-healing properti... more Papaya leaves contain metabolite compounds that have anti-inflammatory and wound-healing properties. This leaf extract as a transdermal patch allows easy application for wound healing. This study aimed to examine the phytochemicals of papaya leaves and determine the formulation of the transdermal patch. This study employed qualitative methods with color testing and quantitative methods with Gas Chromatography-Mass Spectrophotometry (GC-MS) to determine the phytochemical profiles of papaya leaves. The optimization test of patches used Response Surface Methodology with Box-Behnken design on Expert Version 12 software. There were three factors (x) tested in the study, namely PVP, ethyl cellulose, and Ethanol Extract of Papaya Leaves (EECP). There were also three responses (y) investigated, namely thickness, weight, and moisture content. The phytochemical color testing results revealed the presence of alkaloids, steroid, terpenoid, saponins, flavonoids, phenolic compounds and the GC-MS analysis showed six compounds with the widest areas. From an ANOVA analysist, the p-value was significant (<0.5) while the match value was less significant (p-value >5%). The optimal patch found in this study was the one containing PVP (0.3 mg), ethyl cellulose (0.4 mg), and EECP (0.3 mg). In terms of response values (y), the patch had a thickness of 0.25 mm, a weight of 82 mg, and a moisture content of 4.39%.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil biokimia darah sapi aceh yang mengalami kawin beru... more Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil biokimia darah sapi aceh yang mengalami kawin berulang/repeat breeding (RB). Dalam penelitian ini digunakan 16 ekor sapi aceh yang terdiri atas tujuh ekor sapi aceh fertil dan sembilan ekor sapi aceh RB, yang berumur 3-8 tahun dengan skor kondisi tubuh (SKT) 3-4. Koleksi serum dilakukan untuk pemeriksaan profil biokimia darah meliputi kadar kolesterol, protein, dan glukosa. Kadar kolesterol; protein; dan glukosa sapi aceh fertil vs RB masing-masing adalah 185,86±45,34 vs 144,00±40,69 mg/dL; 6,57±1,55 vs 6,96±2,05 g/dL; dan 67,43±13,72 vs 73,78±15,83 mg/dL. Disimpulkan bahwa kadar glukosa sapi aceh RB lebih tinggi dibandingkan sapi fertile, sedangkan kadar kolesterol dan protein relatif sama.
Inseminasi buatan dikenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi ternak yang efektif. Penelit... more Inseminasi buatan dikenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi ternak yang efektif. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan inseminasi buatan pada sapi di Kabupaten Asahan yang dipelihara secara intensif. Metode penelitian ini adalah metode survey, menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara membagikan kuesioner dan wawancara langsung ke peternak sebagai tambahan informasi, sedangkan data sekunder didapat dari inseminator terkait tentang hasil inseminasi buatan di Kabupaten Asahan. Kuesioner yang digunakan mencakup pertanyaan tentang karakteristik sapi seperti: status kebuntingan sapi (konfirmasi dari petugas inseminator), jenis sapi, umur sapi, skor kondisi tubuh sapi, jumlah inseminasi buatan sampai bunting, tanda-tanda berahi, waktu pelaksanaan inseminasi buatan, bulan pelaksanaan inseminasi buatan, lama birahi pascapartus, jenis straw, jumlah dosis inseminasi, jarak waktu pelaporan berahi sampai denga...
The objective of this study was to determine the correlation between spermatozoa morphometry and ... more The objective of this study was to determine the correlation between spermatozoa morphometry and testosterone concentration in the epididymal caput, corpus, and cauda of aceh cattle. The epididymal sperm swab slides were stained using Williams's staining to examined the morphology and morphometry of spermatozoa whereas the level of testosterone from epididymal caput, corpus, and cauda extract was measured using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). The data of sperm morphology were presented descriptively whereas the data of sperm morphometry and testosterone concentration were analyzed using one way ANOVA. Pearson correlation test was conducted to know the correlation between the total length of spermatozoa (TLS) and testosterone concentration in three parts of epididymis. The result showed that the sperm morphology in caput, corpus, and cauda of epididymis was not different statistically. The TLS of aceh cattle at caput, corpus, and cauda epididymis were 69,70±0,8 µm, 70,...
Jurnal Kedokteran Hewan - Indonesian Journal of Veterinary Sciences
The purpose of this study was to determine the macro minerals concentration in serum of repeat br... more The purpose of this study was to determine the macro minerals concentration in serum of repeat breeding (RB) Aceh cattle. In this study 16 Aceh cattle were examined; they consisted of 7 fertile Aceh cattle (P1) and 9 Aceh cattle with RB (P2), all of which were 3-8 years old with abody condition score (BCS) of 3-4. Serum collection was carried out for examining the level of serum minerals, including magnesium, phosphorus, sodium, potassium, chloride, and calcium. Data was analysed using T-test. The levels of magnesium, phosphorus, sodium,potassium, chloride, and calcium in P1 vs P2 were 2.18±0.60 vs. 2.20±0.34 mg/dL; 6.18±1.34 vs. 6.48±0.74 mg/dL; 142.71±5.09 vs.142.44±2.29 mmol/L; 4.81±0.76 vs. 4.76±0.51 mmol/L; 104.57±4.35 vs. 107.67±7.36 mmol/L; and 9.07±0.45 vs. 9.90 ± 0.60 mg/dL (P0.05), respectively. It was concluded that the concentration of serum macro minerals do not affect the incidence of RB in Aceh cattle.
This study aims to determine the effect of seminal vesicle extract on cyclic adenosine monophosph... more This study aims to determine the effect of seminal vesicle extract on cyclic adenosine monophosphate responsive element modulator (CREM) expression in rat Sertoli cells. This study examined the expression of CREM on 20 male rats (Rattus norvegicus) at 4 months of age, weighing 250-300 g. The rats were divided into four groups: K0, KP1, KP2, and KP3. K0 group was injected with 0.2 ml normal saline; KP1 was injected with 25 mg cloprostenol (Prostavet C, Virbac S. A); KP2 and KP3 were injected with 0.2 and 0.4 ml seminal vesicle extract, respectively. The treatments were conducted 5 times within 12-day interval. At the end of the study, the rats were euthanized by cervical dislocation; then, the testicles were necropsied and processed for histology observation using immunohistochemistry staining. CREM expression in rat Sertoli cells was not altered by the administration of either 0.2 or 0.4 ml seminal vesicle extract. The administration of seminal vesicle extract is unable to increase CREM expression in rat Sertoli cells.
... Hal tersebut diperkuat oleh pembuktian Habibi (2006) bahwa sapi bali dengan fenotip yang sama... more ... Hal tersebut diperkuat oleh pembuktian Habibi (2006) bahwa sapi bali dengan fenotip yang sama ternyata berbeda secara genotif. ... Analisis Data Pita yang terbentuk selanjutnya dianalisis terhadap frekuensi alel, heterozigositas, proporsi jumlah loki polimorfik, dan jumlah alel ...
... KII 6 6(100) 5 (83,33) 5 (83,33) 7 1,4±0,3 n = Jumlah sampel ... Pemberian PGF2α dengan mengg... more ... KII 6 6(100) 5 (83,33) 5 (83,33) 7 1,4±0,3 n = Jumlah sampel ... Pemberian PGF2α dengan menggunakan protokol standar secara intramuskular menghasilkan angka kebuntingan sebesar 75,00% dan dengan sistem sinkronisasi singkat menghasilkan 83,33%. ...
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui waktu terbaik untuk mendapatkan akurasi tertinggi pada pe... more Tujuan penelitian ini adalah mengetahui waktu terbaik untuk mendapatkan akurasi tertinggi pada pemeriksaan kimia urin untuk diagnosis kebuntingan dini pada sapi lokal. Pemeriksaan urin dilakukan sesuai prosedur yang dikembangkan oleh Cuboni-Lunaas.Waktu koleksi urin adalah pada bulan ke-1, 2, dan 3 setelah inseminasi. Hasil positip dari pemeriksaan ditunjukkan oleh terbentuknya fluoresensi pada larutan. Hasil pemeriksaan ini dikonfirmasi dengan pemeriksaan kebuntingan secara manual. Akurasi metode diagnosis dengan kimia urin pada waktu pemeriksaan pada bulan ke-1, 2 dan 3 pasca inseminasi masing-masing adalah 75,0; 87,5; dan 100% untuk mendiagnosis sapi bunting dan 0,0; 100,0; dan 100,0 % pada untuk mendiagnosis sapi yang tidak bunting. Waktu pemeriksaan dengan akurasi terbaik untuk diagnosis bunting diperoleh pada bulan ke-3 sedang untuk diagnosis tidak bunting diperoleh pada bulan ke-2 pasca inseminasi. ____________________________________________________________________________________________________ Kata kunci: urin, diagnosis kebuntingan, akurasi
Jurnal Kedokteran Hewan - Indonesian Journal of Veterinary Sciences, 2012
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan intensitas berahi sapi aceh antara yang disinkronis... more Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan intensitas berahi sapi aceh antara yang disinkronisasi berahi dengan prostaglandin F 2 alfa (PGF 2 α) dan berahi alami. Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor sapi aceh betina yang dibagi atas dua kelompok. Kriteria sapi yang digunakan adalah umur 5-8 tahun, mempunyai bobot badan 150-250 kg, dan mempunyai minimal dua siklus reguler. Sapi yang digunakan mempunyai skor kondisi tubuh dengan kriteria baik, yaitu 3 atau 4 pada skala skor 5. Pada Kelompok I (KI) sapi disinkronisasi berahi mengunakan PGF 2 α sebanyak 5 mg/ml secara intramuskular. Pada kelompok II (KII) sapi dibiarkan memperlihatkan gejala berahi alami. Penilaian intensitas berahi dilakukan dengan memberi skor 1, 2, dan 3, berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Kune dan Solihati . Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan intensitas berahi sapi aceh baik yang disinkronisasi berahi dengan PGF 2 α dan sapi yang mengalami berahi alami dengan skor intensitas berahi masing-masing adalah 2,40±0,84 dan 2,70±0,48. ____________________________________________________________________________________________________________________ Kata kunci: sapi aceh, sinkronisasi, berahi alami, intensitas berahi
Uploads
Papers by Tongku Siregar