Papers by Murni H Sitanggang

Mindfulness from a Christian Perspective, 2024
Mindfulness has long been popular among psychologists and medical workers as the best answer to... more Mindfulness has long been popular among psychologists and medical workers as the best answer to help people focus so they can avoid or prevent stress. Some Christians also practice mindfulness and make it part of their worship rituals. However, because it is considered identical to Buddhism and East religions, some believers refuse to practice this for fear of syncretism. Thus, this article explores to what extent believers could accept and practice mindfulness. This study used a qualitative method with a library approach. The writer collects data from various literature related to discussing and analyzing the topic. From the study, the writer concludes that although worldly mindfulness offers more positive aspects than negative ones, believers should avoid it and practice biblical mindfulness instead. The true Christian mindfulness centers on God and involves His words.
Keywords: mindfulness, meditation, stress, happiness

Charistheo, Sep 19, 2022
The relationship recorded in 2 Samuel 11 between David and Bathsheba has been interpreted differe... more The relationship recorded in 2 Samuel 11 between David and Bathsheba has been interpreted differently by scholars and clergies. Some see it as a love story or a story of infidelity or adultery, but some view it as David's crime of taking his subordinate's wife by force. The author reviewed Bathsheba's position in this article, whether as a tempter or victim, by exposing 2 Samuel 11. The research method used qualitative with a descriptive analysis approach. The author revealed the story by exegeses and analyzed the story presented in it. From the research results, the writer believes that Bathsheba is not a tempter but a victim of David's power manipulation. We need to be careful with this story since failing to see Bathsheba's story as sexual manipulation case would make us blind to sin dissemination that lurks in believers' life. Likes coercion or raping, subtly intimidating like what happens in this story is a sex crime. Thus, we need to be wary not to entrap in a trite concept that places a woman from a victim to a perpetrator.
Jurnal Teologi Amreta, Nov 9, 2021
This article discusses the problem about binding and loosing prayer or deliverance prayer in its ... more This article discusses the problem about binding and loosing prayer or deliverance prayer in its popular term. For the proponent, this concept, binding and loosing prayer is considered the important part in spiritual warfare that had to be practiced every day. Whereas the group who refuse assume this kind of prayer is arisen more from experience than the thorough biblical exegesis. This article will discuss the controversy about this binding and loose prayer and then examine the biblical verses that use to be basic for this prayer for answer the main question, to what extent the authority that believer has in spiritual warfare.

Diegesis : jurnal teologi, Feb 28, 2021
Terjadinya pandemi Covid-19 telah mengubah total kehidupan umat manusia di semua aspek kehidupan,... more Terjadinya pandemi Covid-19 telah mengubah total kehidupan umat manusia di semua aspek kehidupan, termasuk dalam ibadah dan pelayanan. Ibadah virtual kini telah menjadi bagian dari kehidupan kerohanian gereja sebagai umat Tuhan. Melalui tulisan ini penulis hendak mengulas tentang plus minus pelaksanaan ibadah virtual untuk kemudian mengajukan usulan tentang bagaimana sebaiknya gereja dapat meningkatkan pelayanannya. Penelitian ini dilakukan memakai metode kualitatif studi pustaka dengan mengumpulkan berbagai referensi yang membahas tentang pelaksanaan ibadah virtual selama pandemi. Mengingat pandemi sudah berlangsung berbulan-bulan, gereja perlu memproyeksikan pelayanan digita l sebagai program utama pelayanan (bukan lagi sebagai alternatif sementara atau hanya pelengkap) dan siap untuk dalam pelayanan sosial sebagai wujud kasih kepada Tuhan dan sesama.

Evangelikal: jurnal teologi Injili dan pembinaan warga jemaat, Jan 30, 2023
Parents must nurture their children from their earliest days to know God personally. However, som... more Parents must nurture their children from their earliest days to know God personally. However, some parents sometimes do not realize this and neglect their responsibility. Thus, this study explores how parents and the church should develop a mutual partnership in children's spiritual education. The author used a qualitative method with a literature approach to investigate the problem and propose suggestions. The conclusion was that the parent is the primary responsible party in educating children. But, they can not do this task independently without the church's help. Since relying on Sunday School as part of the church's responsibility for teaching children alone is not enough, the church could help them by providing training that educates parents to do their parental responsibilities. And to ensure that the education at home will overlap with church teaching, Sunday School teachers and parents as partners should develop mutual respect and communication. If everyone involved in children's ministry, directly or indirectly, could cultivate this joint responsibility, it would help children grow in fear of God and be better people. As the future generation, improving the quality of our ministry for children will eventually create a better church, now and later.

Babali Nursing Research, Jan 31, 2023
The provision of community health care service is strongly correlated with professional attitudes... more The provision of community health care service is strongly correlated with professional attitudes and behavior among nurses. Professionalism retains public trust and erases negative perceptions of the inappropriate behavior, incompetence, poor communication, and inadequate complaint handling skill. Therefore, the recent study aimed to explore the determinants that influenced nurses' professional behavior in Public Health Centers in Indonesia. Methods: This was an analytic observational study using a cross-sectional research design. A two-months-study conducted from August to October 2022, involving a total of 227 eligible nurses from 50 public health centers (Puskesmas) in Jember Regency, East Java, Indonesia. Results: Recent findings revealed several determinants of the professional behavior of nurses in the public health care setting: 1) professional behavior was influenced by sociodemographic, individual, and psychological factor, 2) the most significant influence was delivered by the individual factor, 3) individual factor was specifically portrayed by the indicator of professional practice competency and skill among the nurses, and 4) subsequently, a higher level of practice competency and skill would contribute to a better professionalism. Conclusion: Sociodemographic, individual, and psychological factor concurrently influence the development of professional behavior among the nurses.

Veritas (Malang), Apr 1, 2012
Topik ini telah menjadi bahan perdebatan yang tiada habis hingga kini. Walau Alkitab memang tidak... more Topik ini telah menjadi bahan perdebatan yang tiada habis hingga kini. Walau Alkitab memang tidak membicarakan masalah ini secara jelas, bukan berarti kita tidak dapat menjadikannya sebagai narasumber dan tolak ukur kita dalam memecahkan masalah ini. Sebagai umat Tuhan kita wajib menjadikan Alkitab sebagai standar utama dalam setiap aspek kehidupan kita. Dalam membahas topik ini kita juga tak boleh mengenyampingkan kenyataan bahwa manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk seksual.5 Sebagai makhluk seksual berarti manusia diperlengkapi dengan gairah seksual yang harus tersalurkan. Bagi sebagian orang melakukan masturbasi bukan masalah karena dipandang sebagai salah satu sarana yang aman dalam menyalurkan hasrat seksual seseorang, apalagi bagi mereka yang berada di luar pernikahan. Tetapi kita juga perlu menyadari bahwa selain sebagai makhluk seksual, manusia juga diciptakan Tuhan sebagai makhluk spiritual. Oleh sebab itu setiap aktivitas dalam hidup kita harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Ini yang menjadi pertanyaan utama yang hendak dijawab dalam artikel ini: apakah masturbasi tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan dan natur manusia, baik sebagai makhluk seksual maupun makhluk spiritual. Bila memang tidak bertentangan, tentunya kita tidak dapat menyatakannya sebagai dosa, namun bila ternyata bertentangan, sudah jelas itu merupakan dosa yang tidak boleh kita lakukan. Dalam memecahkan masalah ini, selain menjadikan Alkitab sebagai tolak ukur utama, penulis juga akan melihat dari sudut pandang psikologi dan kesehatan agar memperoleh pandangan yang komprehensif sehingga dapat menghasilkan jawaban yang objektif. Selain itu ruang lingkup pembahasan dipersempit dengan hanya membahas topik ini sebagai aktivitas seksual yang dilakukan sebelum atau di luar pernikahan.

Jurnal Teologi Gracia Deo, Dec 14, 2018
Konsep kehendak bebas (free will) dalam kaitannya dengan karya penyelamatan Allah terhadap manusi... more Konsep kehendak bebas (free will) dalam kaitannya dengan karya penyelamatan Allah terhadap manusia yang berdosa merupakan bahan perdebatan yang tiada habisnya. Artikel ini memberikan perbandingan dari dua pandangan yang berbeda tentang kehendak bebas, yaitu Augustine dan Calvin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparasi dengan pendekatan kualitatif literatur. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah: kedaulatan ilahi tidak menghilangkan kehendak bebas manusia, sebaliknya, ketetapan Allah jangan dianggap sebagai penolakan (overriding) terhadap kehendak bebas manusia. Kedaulatan Allah tersebut jangan dipahami sebagai kuasa untuk membuat kita takut, melainkan hendaknya direspons dengan rasa aman, kepercayaan, terima kasih dan sukacita Kata kunci: Augustine; Calvin; kedaulatan; kehendak bebas PENDAHULUAN Konsep kehendak bebas (free will) dalam kaitannya dengan karya penyelamatan Allah terhadap manusia yang berdosa merupakan bahan perdebatan yang tiada habisnya hingga kini. Di satu sisi, ada keyakinan yang sama bahwa Allah memang menjadikan manusia sebagai makhluk yang dapat bertanggung jawab secara moral dengan kemampuan untuk membuat keputusan moral. Namun di sisi lain, umat Tuhan juga percaya bahwa Allah memiliki kedaulatan untuk mengontrol segala sesuatu. 1 Bapa gereja, Augustine dari Hippo, dengan tegas menyatakan tanpa anugrah Tuhan, kehendak bebas manusia tidak dapat berbalik kepada Allah atau pun membuat kemajuan di dalam Tuhan. 2 Pendapat ini kemudian ditentang oleh Pelagius, seorang rahib Inggris, yang menyatakan natur manusia tidak memerlukan anugrah untuk memenuhi kewajibannya mematuhi hukum Tuhan. 3 Manusia memiliki kehendak bebas yang dapat menghasilkan kebaikan sehingga dengan usahanya sendiri manusia dapat memperoleh keselamatannya. 4 Maka, dimulailah perdebatan mengenai kehendak bebas manusia yang masih berlangsung hingga kini. 5 1 David dan Randall Basinger (ed.), Predestination and Free Will (Illinois: InterVarsity, 1991) 7. Bila yang lebih ditekankan adalah tanggung jawab manusia, maka Kekristenan akan berubah menjadi suatu legalisme, tanpa apresiasi terhadap keaktifan kuasa Tuhan dalam hidup kita. Sebaliknya, jika lebih menekankan pada kedaulatan Allah, maka Kekristenan terancam pada fatalisme, kehilangan penekanan terhadap ketaatan pada Allah dan pelayanan terhadap sesama ("Predestination and Free Will," http://geneva.rutgers.edu/sic/christ.) 2 Norman L. Geisler (ed.), What Augustine Says (Grand Rapids: Baker, 1982) 163. 3 Dalam R. C. Sproul, Willing to Believe (Grand Rapids: Baker, 1998) 35. 4 Ibid. 5 Setelah Augustine dan Pelagius kemudian meninggal, perdebatan tentang kehendak bebas ini kembali terjadi saat penerus Augustine, John Calvin, berhadapan dengan Albert Pighius yang juga mengedepankan kehendak bebas manusia. Calvin bahkan menuliskan buku yang berjudul The Bondage and Liberation of the Will untuk menangkis tiga volume buku yang dikeluarkan oleh Pighius berjudul The First Choice tentang kehendak bebas manusia dalam menentukan keselamatannya. Meski kemudian era mereka berlalu, perdebatan tidak juga berhenti karena setelah Calvin meninggal, para pengikutnya (kemudian disebut Calvinis) harus

Jurnal Teologi Gracia Deo, Feb 1, 2022
Happiness and suffering are two popular topics that are often considered contradictory and discus... more Happiness and suffering are two popular topics that are often considered contradictory and discussed separately. As a result, there is an unbalanced understanding of the two so that not a few believers are then influenced by the wrong understanding of successful theology, the concept of the law of karma or retribution, and the philosophy of Stoicism. The author argues that suffering and happiness need to be discussed together so that a correct reflection on suffering should also include happiness and vice versa. That's why this paper aims to build a more complete thought by examining the letter Philippians, which is known as the letter of joy even though it was written in prison (which is synonymous with suffering). The method used is qualitative with a descriptive approach based on a study of the Philippians letter. The conclusion of the discussion is that because the letter of Philippians states that suffering and happiness are representations of God's grace, then we as believers should not hesitate to pursue happiness even in times of suffering.

Veritas (Malang), Apr 1, 2011
Perpuluhan merupakan salah satu aspek penting dalam hal memberi yang tak dapat diabaikan dalam ke... more Perpuluhan merupakan salah satu aspek penting dalam hal memberi yang tak dapat diabaikan dalam kehidupan material segenap umat Tuhan, yang sangat tertib pelaksanaannya di masa PL. Selain itu, perpuluhan merupakan salah satu sistem pengelolaan keuangan yang ditetapkan oleh Allah sendiri. Akan tetapi perpuluhan ini kemudian berkembang menjadi sesuatu yang dianggap kontroversial. Ada yang menganggap praktik ini sudah tidak berlaku lagi di zaman sekarang, hanya berlaku di zaman PL di bawah hukum Taurat Musa, namun ada pula yang dengan tertib mematuhinya. Itu sebabnya penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut berbagai kontroversi seputar ajaran ini dan bagaimana sesungguhnya pengajaran Alkitab mengenai perpuluhan. Apakah perpuluhan masih relevan dilakukan di zaman sekarang ini? Atau itu hanya berlaku di zaman PL saja? Sebab ada yang beranggapan memberi perpuluhan adalah mekanisme hukum Taurat, sementara Tuhan Yesus sendiri sudah menggenapi hukum Taurat dengan kematian-Nya di kayu salib sehingga segala bentuk mekanisme Taurat tidak membebani kita lagi. Apa dan bagaimana solusi yang tepat seputar kontroversi dan relevansi perpuluhan di masa kini, itulah yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Veritas (Malang), Oct 1, 2008
“Kemungkinan orang percaya dirasuk Setan” merupakan topik yang sering diperdebatkan dalam ruang l... more “Kemungkinan orang percaya dirasuk Setan” merupakan topik yang sering diperdebatkan dalam ruang lingkup peperangan rohani. Sebagian teolog yakin bahwa orang percaya tidak dapat dirasuk oleh Setan sebab ia sudah sepenuhnya menjadi milik Kristus. Namun, fakta di lapangan menunjukkan hal yang lain, ada “orang Kristen” yang dapat dirasuk oleh roh jahat. Penulis sendiri pernah mendengar dan menjumpai kasus semacam ini. Bahkan, apa yang terjadi di lapangan ini telah membuat beberapa teolog injili beralih haluan, mempercayai bahwa orang Kristen dapat dirasuk Setan. Alkitab, baik PL maupun PB, mencatat bahwa Raja Saul pernah diusik oleh roh jahat, padahal ia adalah raja yang diurapi Allah. Dicatat pula bagaimana Yesus menghardik, “Enyahlah, Iblis!” kepada Petrus, salah seorang murid yang dekat pada-Nya (Mat. 16:23). Yohanes 13:27 juga menceritakan bagaimana Iblis telah merasuki Yudas Iskariot, salah seorang dari dua belas murid yang dipilih sendiri oleh Yesus. Tidak hanya itu, dalam Kisah Para Rasul 5, Petrus mengatakan bahwa hati Ananias dan Safira telah dikuasai Iblis padahal jelas diketahui bahwa Ananias dan Safira adalah anggota-anggota komunitas gereja mula-mula. Pertanyaannya, bagaimana menjelaskan apa yang telah terjadi pada orang-orang ini, jika tetap menolak pernyataan bahwa “ada kemungkinan orang Kristen dapat dirasuk Setan”? Bukankah contoh-contoh di atas terjadi pada “orang-orang percaya”? Perlu digrasibawahi bahwa mereka bukan orang-orang biasa melainkan tokoh-tokoh yang tercatat namanya dalam Alkitab. Karena itu, melalui artikel ini, penulis akan berusaha meneliti topik ini secara lebih dalam untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah orang Kristen memang dapat dirasuk Setan, apakah hal ini terjadi dalam kasus-kasus tertentu saja, atau apakah hal ini dapat terjadi dalam beberapa tingkatan tertentu, seperti yang telah diajukan oleh beberapa teolog, di antaranya Ed Murphy, Merrill Unger dan Fred Dickason? Menurut penulis, topik ini penting untuk dibahas agar pembaca dapat mengetahui ajaran yang sesuai dengan firman Tuhan. Alasannya sederhana, ajaran yang menyimpang dari kebenaran akan menghasilkan kebingungan yang dapat menjurus kepada kesesatan dan hal ini sangat berbahaya. Apalagi, belakangan ini begitu populer ajaran dan praktik pelepasan yang dianggap sebagai cara cepat untuk mengatasi pelanggaran dan dosa manusia, dan untuk memenangi peperangan rohani melawan kuasa jahat. Hal-hal demikian merupakan implikasi dari pengajaran yang meyakini bahwa “orang percaya dapat dirasuk Setan.” Orang Kristen tidak dapat menyangkal kenyataan bahwa “Iblis masih dapat menggoda dan mempengaruhi orang Kristen,” karena Alkitab memang mengajarkan demikian (Ef. 4:27; 1Pet. 5:8). Namun, apakah pengaruh Setan tersebut dapat menguasai orang percaya sepenuhnya? Ini perlu dipelajari dengan seksama dalam terang firman Tuhan. Dengan demikian, pada akhirnya, dapat dipahami apakah Alkitab setuju dengan pandangan “orang Kristen dapat dirasuk oleh Setan.”
Pengarah, Oct 28, 2021
Orang tua memiliki tanggung jawab bukan sekadar memenuhi kebutuhan anakanak mereka melainkan juga... more Orang tua memiliki tanggung jawab bukan sekadar memenuhi kebutuhan anakanak mereka melainkan juga mendidik mereka di dalam iman. Akan tetapi, masih banyak orang tua yang kurang memahami apa dan bagaimana pendidikan iman tersebut seharusnya dilakukan. Itu sebabnya di dalam tulisan ini penulis mengeksplorasi pendidikan iman anak di dalam keluarga dengan orang tua sebagai pendidik menurut Ulangan 6:1-9. Penulisan dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif di GPdI Alfa Omega Bangsalsari. Penulis memilih delapan orang tua dari antara jemaat di sana sebagai partisipan dalam penulisan ini. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa semua partisipan menyadari tanggung jawab mereka dalam mendidik anak. Namun pengetahuan tersebut masih bersifat mendasar dan perlu adanya pembekalan lebih lanjut.

Epigraphe, Jul 20, 2018
The purpose of this article is to review how could God being affected by His creation; could He r... more The purpose of this article is to review how could God being affected by His creation; could He really be changed His mind or regretted by people's praying. Those questions caused by some verses that indicated God could change His mind, such as Genesis 6:6; Exodus 32:10-14; 1 Samuel 15:11,35. This is a research that used a method of texts analysing with a qualitative approach which reviewing those verses. The conclusion is that God does not change His mind like people does. The statement of God changes His mind, basically can be classified as an accommodation, a manner how God delivered His intent to any human being with an understandable way. Abstrak Tulisan ini bermaksud mengkaji sejauh mana Allah dapat dipengaruhi ciptaan-Nya; apakah Ia memang dapat berubah pikiran ketika mendengar doa manusia, dan apakah Ia dapat menyesal. Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul karena adanya ayat-ayat yang mengindikasikan bahwa Allah berubah pikiran, seperti Kejadian 6:6; Keluaran 32:10-14; 1 Samuel 15:11, 35. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif literatur yang menggunakan metode analisis teks pada ayat-ayat tersebut. Kesimpulannya, bahwa Allah tidak mengalami perubahan seperti apa yang dialami oleh manusia. Pernyataan bahwa Allah berubah pikiran pada dasarnya dapat digolongkan sebagai akomodasi, cara Allah menyampaikan maksudnya kepada manusia dengan cara yang dapat dipahami.. 1. Pendahuluan Providensi adalah pengajaran yang muncul untuk menjelaskan keterlibatan Allah dengan ciptaan-Nya. Menurut asal katanya, yakni providentia (Latin) atau pronoia (Yunani), providensi berarti tinjauan terhadap masa depan atau membuat Article History
Jurnal Teologi Amreta, Mar 24, 2018
This article discusses the problem about binding and loosing prayer or deliverance prayer in its ... more This article discusses the problem about binding and loosing prayer or deliverance prayer in its popular term. For the proponent, this concept, binding and loosing prayer is considered the important part in spiritual warfare that had to be practiced every day. Whereas the group who refuse assume this kind of prayer is arisen more from experience than the thorough biblical exegesis. This article will discuss the controversy about this binding and loose prayer and then examine the biblical verses that use to be basic for this prayer for answer the main question, to what extent the authority that believer has in spiritual warfare.
Evangelikal: jurnal teologi Injili dan pembinaan warga jemaat, Jan 30, 2019
The research used a qualitative method with a descriptive and exegetical approach. The result is ... more The research used a qualitative method with a descriptive and exegetical approach. The result is most of the ministers do not have the right self-image as Genesis 1:26-27 said yet. From the religious side, their self-image is low with 36,5% score, and from the psychological side they score 45,9% and then from the social side the result is 55,5%.

KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta, 2021
Since Old Testament times, fasting has been a part of the lifestyle of the Israelites, not least ... more Since Old Testament times, fasting has been a part of the lifestyle of the Israelites, not least in Isaiah 58. However, this chapter does not contain instructions for implementation but God's stern rebuke of the Israelites' practice of fasting at that time. The Israelites at that time had the mistaken notion that piety only needed to be maintained during fasting and did not involve daily life. They ignored the true meaning of fasting. Therefore, in this paper, the author investigates fasting according to Isaiah 58:1-12 in everyday life. The research was conducted through a qualitative method with a descriptive approach by involving the active fasting participants from the forum of Esther GPdI Ekklesia Women. Data were collected through observation and interviews, which then resulted in the finding that participants had understood that the nature of fasting is not only about piety but also caring for others. They have fulfilled this in their daily life by praying, refraining ...
DUNAMIS: Jurnal Penelitian Teologi dan Pendidikan Kristiani, 2017
Speaking in tongues in the chruch service together has become a controversy for a long time. Some... more Speaking in tongues in the chruch service together has become a controversy for a long time. Some considered it as a positive thing because of its special gift. Otherwise, many views of its contemporary as negatively, doubted it as from God. This article is a literature research with a qualitative approach using an exposition methode on 1 Corinthians 14. The aim of this research is to show clearly Pauline conception of speaking in to tongue amid the church service teogether. The conclusion is that speaking in tongue must be followed by a gift of interpreting, in order to edify people. Thus, the gift shall be useful amid God's church.

KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta, 2019
The goal of this research is to describe Paul’s theology of new man according to Colossians 3:5-1... more The goal of this research is to describe Paul’s theology of new man according to Colossians 3:5-17 and the implementation toward the congregation of The Indonesia Pentecostal Church Victory Surabaya. This research used a qualitative method with a descriptive and exegetical approach. A result is a new man according to Colossians 3:5-17 is a believer that has self-control, love, and always grateful. Even though not all, most of the congregation (about 76%) had been applied those indicators of the new man in their life.AbstrakPenulisan ini dilakukan untuk memaparkan teologi Paulus tentang manusia baru menurut Kolose 3:5-17 dan implementasinya terhadap jemaat GPdI Victory Surabaya. Metode penulisan yang diterapkan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan eksegesis. Dari hasil eksegesis didapati bahwa manusia baru menurut surat Kolose 3:5-17 adalah orang percaya yang memiliki penguasaan diri, hidup dalam kasih, dan senantiasa bersyukur. Meski belum semuanya, hasil penulis...

Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100), 2021
This article discusses the problem about binding and loosing prayer or deliverance prayer in its ... more This article discusses the problem about binding and loosing prayer or deliverance prayer in its popular term. For the proponent, this concept, binding and loosing prayer is considered the important part in spiritual warfare that had to be practiced every day. Whereas the group who refuse assume this kind of prayer is arisen more from experience than the thorough biblical exegesis. This article will discuss the controversy about this binding and loose prayer and then examine the biblical verses that use to be basic for this prayer for answer the main question, to what extent the authority that believer has in spiritual warfare. Abstrak Tulisan ini membahas problematika seputar doa mengikat dan melepaskan (binding and loosing prayer) atau yang juga populer dengan sebutan doa pelepasan. Bagi kalangan yang menganjurkannya, doa ini dianggap merupakan bagian penting dalam peperangan rohani yang harus dilakukan orang percaya setiap hari. Sedangkan bagi mereka yang menolaknya, doa ini...
Uploads
Papers by Murni H Sitanggang
Keywords: mindfulness, meditation, stress, happiness
Keywords: mindfulness, meditation, stress, happiness
yang masih menjunjung tinggi adat ketimuran seperti Indonesia.1
Seks bukan sesuatu yang gampang dibicarakan bagi sebagian
kalangan karena dianggap sebagai isu yang sensitif dan sangat
pribadi. Jangankan anak muda, orang dewasa pun kadang merasa
tidak nyaman ketika berbicara tentang seks. Akibatnya, seks
menjadi topik yang dihindari untuk dibicarakan termasuk di dunia
pendidikan.