Kondisi ”susah sinyal” membuat aplikasi seperti google map dan google earth tidak dapat digunakan... more Kondisi ”susah sinyal” membuat aplikasi seperti google map dan google earth tidak dapat digunakan secara maksimal. Aplikasi googlemap atau google earth akan kehilangan keakuratanya, dan berpotensi untuk memiliki kecenderungan menyesatkan. Proyek awalnya menggunakan kedua program tersebut, namun mengingat kedua program itu tidak dapat digunakan secara maksimal jadi diputuskan untuk tidak menggunakan program tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan proyek yang demikian, tim proyek mengusulkan pemanfaatan “avenza map” dan software pendukung untuk mengoptimalkan pemetaan dikondisi proyek bandara kediri. Adapun software pendukung yang dimaksud adalah global mapper dan hasil photogrametry. Keunggulan avenza map dibandingkan google yakni avenza dapat digunakan pada area yang minim sinyal, mudah dikustomisasi, ringan dan tidak memerlukan perangkat yang yang memiliki spesifikasi tinggi (praktis). Kekurangan avenza map dibandingkan google yakni avenza memerlukan investasi tambahan berupa drone+pilot dan waktu untuk persiapan. Progam avenza maps dapat di download di “Google Play Store” pada perangkat. Untuk keperluan regristrasi dapat mengisi biodata yang dibutuhkan, hingga ke halaman utama. Pada halaman utama program avenza kita perlu menggunggah file .pdf yang sudah kita siapkan, (file ini selanjutnya disebut “peta avenza”). Setelah peta di unggah ke dalam program maka kita siap menggunakan avenza maps.
One of the work items in the Soekarno-Hatta Airport Accessibility and Ducting Utility Project is ... more One of the work items in the Soekarno-Hatta Airport Accessibility and Ducting Utility Project is widening the M1-M2 road. Pit test results in that area indicate that there is a 40 cm (16 ") diameter Pertamina pipeline at a depth of 0.7 m. The pipe is used to flow aircraft fuel so it is not possible to be relocated, this condition is called road crossing pipeline. Alternative solutions to overcome these problems are road elevation and the making of pipe protection from concrete. Road elevation costs as much as Rp 13,626,916,287.02 compared to alternative construction of pipeline protection amounting to Rp 23,200,588,370. The time for completing the elevation of the road is faster, which is around 47 weeks, while the implementation of the road and making pipeline protection takes 61 weeks. In terms of quality, in soil compaction during the road elevation process uses a vibroroller so that compaction is evenly distributed. Based on the comparative results in terms of cost, time an...
Risks describe as the situation of uncertainty. Risks will appear on every construction project, ... more Risks describe as the situation of uncertainty. Risks will appear on every construction project, including an Automated People Mover System (APMS) project. The length of APMS track is 3.05 kilometres to connect Soekarno-Hatta Airport terminals 1, 2 and 3. Track APMS is a bridge structure with a simple concept span. Girder was designed with the PC-V concept. More complex project causes various risks. Therefore, to deliver complex projects to success, the risks should be managed. It is important to handle the risk by applying risk management. Risk management has 3 stages: risk identification, risk analysis and risk response strategy. This research was organized through questionnaire and interview with contractor in APMS project. Risk identification using Risk Breakdown Structure (RBS) method. Then the result of risk identification will analyze using probability and impact matrix. The matrix were aimed to earn the risk category and classified into 3 groups i.e. high, moderate, and low. Risk response strategy is to minimize the impact of risk occurence. This research identified 25 risk factors that consist of 7 category: design risks, time risks, material and equipment risks, financial risks, resources risks, managerial risks and external risks. Delay in relocating existing facilities and girder damage risks are the higest risk, both risk should be avoidance. This study purposed to identification and mitigate risks. These findings were valuable for contractor to mitigate risks especially with the same project characteristics.
Salah satu perusahaan konstruksi nasional yakni PT.W memiliki citra yang baik dimata masyarakat. ... more Salah satu perusahaan konstruksi nasional yakni PT.W memiliki citra yang baik dimata masyarakat. Seiringi dengan waktu PT. W semakin tumbuh berkembang dan memiliki tantangan yang semakin besar. Manajemen strategis berupa analisa SWOT menunjukan bahwa PT.W masih memiliki sejumlah kelemahan (faktor internal) dan ancaman (faktor eksternal). Hasil analisa SWOT tersebut juga digunakan untuk pertimbangan dalam merumuskan strategi perusahaan. Strategi perusahaan yang direkomendasikan adalah kombinasi strategi fokus dan strategi deferensiasi. Sebagai perusahaan konstruksi, PT. W di rekomendasikan fokus pada kualitas produk dan fokus untuk memperluas pangsa pasar perusahaan. Fokus kualitas perusahaan dapat dilakukan dengan penyesuaian budaya perusahaan, peningkatan strategi operasional, dan investasi penggunaan teknologi modern. Fokus perluasan pangsa pasar yakni dengan melakukan ekspansi area kerja baik didalam maupun diluar negeri. Sedangkan untuk meminimalisir ancaman terkait daya tawar k...
Berdasarkan analisa jurnal, disimpulkan sebagai berikut :
1. Kebijakan manajemen mutu dalam pelak... more Berdasarkan analisa jurnal, disimpulkan sebagai berikut : 1. Kebijakan manajemen mutu dalam pelaksanaan konstruksi mencakup hal berikut : a. Detail engineering desain yang lengkap dan bermanfaat b. Terjaminnya pelaksanaan pekerjaan yang sesuai c. Kinerja yang memuaskan d. Terpenuhinya Persyaratan atau Spesifikasi Produk yang telah ditetapkan. 2. Pelaksana konstruksi (kontraktor) kecil Indonesia belum mengimplementasikan manajemen mutu. 3. Faktor penghambat manajemen mutu dapat berbeda untuk masing-masing negara.
Abstrak Good Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan m... more Abstrak Good Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. PT Angkasa Pura II merupakan salah satu perusahaan BUMN di Indonesia. Komitmen penerapan GCG merupakan hal yang mutlak bagi PT. Angkasa Pura II. Hal tersebut dilakukan melalui penguatan infrastruktur yang dimiliki dan secara berkesinambungan meningkatkan sistem dan prosedur untuk mendukung efektivitas pelaksanaan GCG. Angkasa Pura II berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG yakni Transparansi, Independensi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Kemandirian dan Kewajaran sebagai dasar peningkatan kinerja Perusahaan. Tujuan dari penelitian ini menggambarkan pelaksanaan good corporate governance di PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno Hatta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskritif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance di PT Angkasa Pura II Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta telah berjalan optimal. Good Corporate Governance yang terdiri dari prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kesetaraan dan kewajaran telah dipenuhi PT Angkasa Pura II Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta melalui penerapan di lingkungan kerja. Kata Kunci: Good Corporate Governance, transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kesetaraan dan kewajaran PENDAHULUAN Good corporate governance bukanlah suatu isu yang baru bagi dunia usaha di Indonesia. istilah Good Corporate Governance (GCG) semakin populer. Tidak hanya populer, tetapi istilah tersebut juga ditempatkan di posisi yang prestisius dan seringkali dijadikan tolok ukur citra perusahan. Hal itu, setidaknya terwujud dalam dua keyakinan. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia, di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG. Di antaranya, system Regulatory yang relatif lemah dan terkadang tumpang tindih, pelaksanaan Standar Akuntansi dan Audit yang tidak konsisten, praktek bisnis yang kurang mengacu best practises, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak stakeholders (Asmorojati, 2016). Berdasarkan keyakinan-keyakinan di atas itulah maka tidak mengherankan jika selama dasawarsa 1990-an, tuntutan terhadap penerapan GCG secara konsisten dan komprehensif datang secara beruntun. Sehingga pergeseran persepsi mulai terjadi di kalangan korporasi yang awalnya hanya menilai keberhasilan perusahaan melalui kinerja keuangan menjadi pengelolaan perusahaan yang baik termasuk pengelolaan hubungan kepada stakeholder-nya. Tata kelola perusahaan yang baik atau GCG merupakan sistem yang berisi pengendalian usaha melalui fungsi pengawasan, pengatur dan pengelola dengan struktur hubungan yang jelas antar stakeholders untuk mencapai tujuan perusahaan tanpa mengesampingkan kepentingan stakeholders. Sejalan dengan pendapat Zarkasyi (2008: 36) bahwa GCG merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Sistem pengaturan hubungan diantara organ perusahaan tersebut merupakan keunggulan GCG yang memungkinkan untuk mencegah dan memperbaiki dengan segera kesalahan dalam strategi perusahaan (Yudokusumo, 2014). PT Angkasa Pura II merupakan salah satu perusahaan BUMN di Indonesia. Komitmen penerapan GCG merupakan hal yang mutlak bagi PT. Angkasa Pura II. Hal tersebut dilakukan melalui penguatan infrastruktur yang dimiliki dan secara berkesinambungan meningkatkan sistem dan prosedur untuk mendukung efektivitas pelaksanaan GCG di PT. Angkasa Pura II. PT. Angkasa Pura II berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG yakni Transparansi, Independensi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Kemandirian dan Kewajaran sebagai dasar peningkatan kinerja Perusahaan dengan secara terus menerus melakukan pemutakhiran berbagai pedoman, prosedur operasi, manual sesuai dengan perubahan peraturan perundang-undangan yang berlaku, program transformasi dan perkembangan Perusahaan. Pemutakhiran ini dikuatkan dengan sosialisasi dan penerapannya. Dalam penerapan GCG, Perusahaan mematuhi berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku serta peraturan internal. Secara berkala, PT. Angkasa Pura II melakukan pengukuran implementasi GCG yang dilakukan oleh pihak independen dan berkomitmen untuk menindaklanjuti setiap rekomendasi perbaikan yang dihasilkan.
Abstrak Pembangunan infrastruktur bandar udara dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan pada masy... more Abstrak Pembangunan infrastruktur bandar udara dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat pengguna transportasi udara. Tujuan penelitian untuk mengetahui strategi pengembangan infrastruktur Bandara Internasional Soekarno Hatta dalam meningkatkan pelayanan penumpang di bandara berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal bandar udara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan metode analisis data yaitu analisis SWOT, IFAS, EFAS dan Matrix SWOT. Tehnik pengumpulan data secara kuesioner dalam mengkaji faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan total nilai rata-rata tertimbang 2,885 pada matrix IFAS menunjukkan strategi perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan berada di atas rata-rata dan kondisi internal perusahaan cenderung kuat. Sedangkan nilai faktor eksternal Bandara Internasional Soekarno-Hatta di atas rata-rata 2,5, Bandara Internasional Soekarno-Hatta harus tetap berupaya maksimal untuk memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman yang dapat mempengaruhi perusahaan. Hal ini terlihat pada keunggulan kompetitif yang diperoleh Bandara Internasional Soekarno Hatta dibandingkan dengan Bandara Internasional Kualanamu dan Bandara Internasional Minangkabau. Terdapat empat alternatif strategi yang dapat diterapkan Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng sehubungan dengan pengembangan infrastruktur dalam meningkatkan pelayanan penumpang di Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Dari empat strategi tersebut (SO, WO, ST, WT) digunakan untuk diterapkan dalam pengembangan strategi yang dapat disarankan pada manajemen Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Kata Kunci: Pengembangan infrastruktur, analisis SWOT, alternatif Strategi PENDAHULUAN Bandar udara selama ini telah dipersepsikan sebagai pintu gerbang suatu daerah, wilayah bahkan negara dan juga telah menjadi simbol prestise tersendiri yang akan diingat oleh penumpang pesawat udara baik domestik maupun internasional. Kemajuan di bidang penerbangan telah merubah wajah dan peta perkembangan perekonomian, mobilitas penduduk, dan pembangunan secara luas. Untuk itu pembangunan infrastruktur bandar udara harus direncanakan kapasitasnya agar mampu melayani kegiatan penerbangan terutama penumpang yang cenderung meningkat cepat. Pembangunan infrastruktur mempunyai peranan sebagai penunjang dalam menggerakkan dinamika pembangunan, memperlancar mobilitas manusia, barang, dan jasa serta mendukung peningkatan hubungan secara nasional dan internasional. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan terus melakukan peningkatan layanan dan membangun infrastruktur Bandar Udara di berbagai daerah. Pembangunan infrastruktur bandar udara dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat pengguna transportasi udara. Pada dasarnya, permasalahan kapasitas akan menyebabkan efek domino tersendiri bagi arus lalu lintas di Bandara. Penumpang yang setiap tahun terus meningkat akan merasa kurang nyaman karena semakin padatnya penumpang yang tidak dimbangi dengan perluasan kapasitas serta penambahan fasilitas yang mendukung kenyamanan penumpang sehingga akan menyebabkan kerugian tersendiri bagi penumpang (Destiani, 2014). PT. Angkasa Pura II adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di Lingkungan Kementerian BUMN yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Berdirinya PT. Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara yang memprioritaskan pelayanan kepada pengguna jasa transportasi udara. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut, PT. Angkasa Pura II harus telah memenuhi penilaian yang mengacu pada peraturan dan perundang-undangan. Berdasarkan hal ini Kementerian Perhubungan telah menginstruksikan kepada seluruh pengelola bandar udara di seluruh Indonesia untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang.
PT.WIJAYA KARYA is a national public company (Tbk) which is engaged in EPC (Engineering, Procurem... more PT.WIJAYA KARYA is a national public company (Tbk) which is engaged in EPC (Engineering, Procurement and Construction). The business ethics of PT.WIJAYA KARYA is demonstrated by good corporate governance referring
ABSTRAK Salah satu perusahaan nasional yang telah berkiprah secara internasional yakni PT.W memil... more ABSTRAK Salah satu perusahaan nasional yang telah berkiprah secara internasional yakni PT.W memiliki memiliki tantangan yang semakin besar. Manajemen strategis berupa analisa SWOT menunjukan bahwa PT.W masih memiliki sejumlah kelemahan (faktor internal) dan ancaman (faktor eksternal). Hasil analisa SWOT tersebut juga digunakan untuk pertimbangan dalam merumuskan strategi perusahaan. Strategi perusahaan yang direkomendasikan adalah kombinasi strategi fokus dan strategi deferensiasi. Sebagai perusahaan konstruksi, PT. W di rekomendasikan fokus pada kualitas produk dan fokus untuk memperluas pangsa pasar perusahaan. Fokus kualitas perusahaan dapat dilakukan dengan penyesuaian budaya perusahaan, peningkatan strategi operasional, dan investasi penggunaan teknologi modern. Fokus perluasan pangsa pasar yakni dengan melakukan ekspansi area kerja baik didalam maupun diluar negeri. Sedangkan untuk meminimalisir ancaman terkait daya tawar konsumen, PT.W perlu melakukan deferensiasi yang dapat dilakukan dengan mengembangkan anak perusahaan yang sudah ada sebagai salah satu sumber penghasilan. Hasil dari penggunaan strategi tersebut, diharapkan PT.W dapat memperluas market share nya dan meminimalisir resiko ketergantungan pada bidang tertentu sehingga profit perusahaan nantinya meningkat. Mengingat penulisan artikel ini menggunakan data operasional PT.W di Indonesia maka diusulkan penulisan artikel kedepannya juga menggunakan data performa PT.W yang beroperasi di luar Indonesia sebagai pertimbangan analisa SWOT. PT.W dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia. Pada mulanya kegiatan usaha PT.W adalah pekerjaan instalasi listrik dan pipa air, seiring dengan waktu aktivitas usaha perusahaan merambah jasa-jasa konstruksi yang tersebar di dalam dan diluar Indonesia. Kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan perusahaan meningkat, ditandai dengan PT W berhasil melakukan melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO). Dewasa ini, perusahaan telah memiliki ribuan karyawan dan menjadi salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia. Semakin besar PT.W maka semakin besar pula tantangan untuk tumbuh menjadi lebih besar. Perkembangan era industri yang berangsur-angsur tumbuh di berbagai bidang, maka perusahaan yang perlu mengambil strategi agar dapat memenangkan persaingan dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar (wicaksono, 2017). Pasar usaha jasa konstruksi di Indonesia sangat berpotensi, dimana kegiatan investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan sektor swasta setiap tahunnya meningkat. Hal ini, berkaitan juga dengan cakupan wilayah dan jumlah masyarakat (publik) yang mesti mendapatkan pelayanan. Pemanfaatan potensi usaha jasa
Kondisi ”susah sinyal” membuat aplikasi seperti google map dan google earth tidak dapat digunakan... more Kondisi ”susah sinyal” membuat aplikasi seperti google map dan google earth tidak dapat digunakan secara maksimal. Aplikasi googlemap atau google earth akan kehilangan keakuratanya, dan berpotensi untuk memiliki kecenderungan menyesatkan. Proyek awalnya menggunakan kedua program tersebut, namun mengingat kedua program itu tidak dapat digunakan secara maksimal jadi diputuskan untuk tidak menggunakan program tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan proyek yang demikian, tim proyek mengusulkan pemanfaatan “avenza map” dan software pendukung untuk mengoptimalkan pemetaan dikondisi proyek bandara kediri. Adapun software pendukung yang dimaksud adalah global mapper dan hasil photogrametry. Keunggulan avenza map dibandingkan google yakni avenza dapat digunakan pada area yang minim sinyal, mudah dikustomisasi, ringan dan tidak memerlukan perangkat yang yang memiliki spesifikasi tinggi (praktis). Kekurangan avenza map dibandingkan google yakni avenza memerlukan investasi tambahan berupa drone+pilot dan waktu untuk persiapan. Progam avenza maps dapat di download di “Google Play Store” pada perangkat. Untuk keperluan regristrasi dapat mengisi biodata yang dibutuhkan, hingga ke halaman utama. Pada halaman utama program avenza kita perlu menggunggah file .pdf yang sudah kita siapkan, (file ini selanjutnya disebut “peta avenza”). Setelah peta di unggah ke dalam program maka kita siap menggunakan avenza maps.
One of the work items in the Soekarno-Hatta Airport Accessibility and Ducting Utility Project is ... more One of the work items in the Soekarno-Hatta Airport Accessibility and Ducting Utility Project is widening the M1-M2 road. Pit test results in that area indicate that there is a 40 cm (16 ") diameter Pertamina pipeline at a depth of 0.7 m. The pipe is used to flow aircraft fuel so it is not possible to be relocated, this condition is called road crossing pipeline. Alternative solutions to overcome these problems are road elevation and the making of pipe protection from concrete. Road elevation costs as much as Rp 13,626,916,287.02 compared to alternative construction of pipeline protection amounting to Rp 23,200,588,370. The time for completing the elevation of the road is faster, which is around 47 weeks, while the implementation of the road and making pipeline protection takes 61 weeks. In terms of quality, in soil compaction during the road elevation process uses a vibroroller so that compaction is evenly distributed. Based on the comparative results in terms of cost, time an...
Risks describe as the situation of uncertainty. Risks will appear on every construction project, ... more Risks describe as the situation of uncertainty. Risks will appear on every construction project, including an Automated People Mover System (APMS) project. The length of APMS track is 3.05 kilometres to connect Soekarno-Hatta Airport terminals 1, 2 and 3. Track APMS is a bridge structure with a simple concept span. Girder was designed with the PC-V concept. More complex project causes various risks. Therefore, to deliver complex projects to success, the risks should be managed. It is important to handle the risk by applying risk management. Risk management has 3 stages: risk identification, risk analysis and risk response strategy. This research was organized through questionnaire and interview with contractor in APMS project. Risk identification using Risk Breakdown Structure (RBS) method. Then the result of risk identification will analyze using probability and impact matrix. The matrix were aimed to earn the risk category and classified into 3 groups i.e. high, moderate, and low. Risk response strategy is to minimize the impact of risk occurence. This research identified 25 risk factors that consist of 7 category: design risks, time risks, material and equipment risks, financial risks, resources risks, managerial risks and external risks. Delay in relocating existing facilities and girder damage risks are the higest risk, both risk should be avoidance. This study purposed to identification and mitigate risks. These findings were valuable for contractor to mitigate risks especially with the same project characteristics.
Salah satu perusahaan konstruksi nasional yakni PT.W memiliki citra yang baik dimata masyarakat. ... more Salah satu perusahaan konstruksi nasional yakni PT.W memiliki citra yang baik dimata masyarakat. Seiringi dengan waktu PT. W semakin tumbuh berkembang dan memiliki tantangan yang semakin besar. Manajemen strategis berupa analisa SWOT menunjukan bahwa PT.W masih memiliki sejumlah kelemahan (faktor internal) dan ancaman (faktor eksternal). Hasil analisa SWOT tersebut juga digunakan untuk pertimbangan dalam merumuskan strategi perusahaan. Strategi perusahaan yang direkomendasikan adalah kombinasi strategi fokus dan strategi deferensiasi. Sebagai perusahaan konstruksi, PT. W di rekomendasikan fokus pada kualitas produk dan fokus untuk memperluas pangsa pasar perusahaan. Fokus kualitas perusahaan dapat dilakukan dengan penyesuaian budaya perusahaan, peningkatan strategi operasional, dan investasi penggunaan teknologi modern. Fokus perluasan pangsa pasar yakni dengan melakukan ekspansi area kerja baik didalam maupun diluar negeri. Sedangkan untuk meminimalisir ancaman terkait daya tawar k...
Berdasarkan analisa jurnal, disimpulkan sebagai berikut :
1. Kebijakan manajemen mutu dalam pelak... more Berdasarkan analisa jurnal, disimpulkan sebagai berikut : 1. Kebijakan manajemen mutu dalam pelaksanaan konstruksi mencakup hal berikut : a. Detail engineering desain yang lengkap dan bermanfaat b. Terjaminnya pelaksanaan pekerjaan yang sesuai c. Kinerja yang memuaskan d. Terpenuhinya Persyaratan atau Spesifikasi Produk yang telah ditetapkan. 2. Pelaksana konstruksi (kontraktor) kecil Indonesia belum mengimplementasikan manajemen mutu. 3. Faktor penghambat manajemen mutu dapat berbeda untuk masing-masing negara.
Abstrak Good Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan m... more Abstrak Good Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. PT Angkasa Pura II merupakan salah satu perusahaan BUMN di Indonesia. Komitmen penerapan GCG merupakan hal yang mutlak bagi PT. Angkasa Pura II. Hal tersebut dilakukan melalui penguatan infrastruktur yang dimiliki dan secara berkesinambungan meningkatkan sistem dan prosedur untuk mendukung efektivitas pelaksanaan GCG. Angkasa Pura II berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG yakni Transparansi, Independensi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Kemandirian dan Kewajaran sebagai dasar peningkatan kinerja Perusahaan. Tujuan dari penelitian ini menggambarkan pelaksanaan good corporate governance di PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno Hatta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskritif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance di PT Angkasa Pura II Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta telah berjalan optimal. Good Corporate Governance yang terdiri dari prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kesetaraan dan kewajaran telah dipenuhi PT Angkasa Pura II Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta melalui penerapan di lingkungan kerja. Kata Kunci: Good Corporate Governance, transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kesetaraan dan kewajaran PENDAHULUAN Good corporate governance bukanlah suatu isu yang baru bagi dunia usaha di Indonesia. istilah Good Corporate Governance (GCG) semakin populer. Tidak hanya populer, tetapi istilah tersebut juga ditempatkan di posisi yang prestisius dan seringkali dijadikan tolok ukur citra perusahan. Hal itu, setidaknya terwujud dalam dua keyakinan. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia, di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG. Di antaranya, system Regulatory yang relatif lemah dan terkadang tumpang tindih, pelaksanaan Standar Akuntansi dan Audit yang tidak konsisten, praktek bisnis yang kurang mengacu best practises, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak stakeholders (Asmorojati, 2016). Berdasarkan keyakinan-keyakinan di atas itulah maka tidak mengherankan jika selama dasawarsa 1990-an, tuntutan terhadap penerapan GCG secara konsisten dan komprehensif datang secara beruntun. Sehingga pergeseran persepsi mulai terjadi di kalangan korporasi yang awalnya hanya menilai keberhasilan perusahaan melalui kinerja keuangan menjadi pengelolaan perusahaan yang baik termasuk pengelolaan hubungan kepada stakeholder-nya. Tata kelola perusahaan yang baik atau GCG merupakan sistem yang berisi pengendalian usaha melalui fungsi pengawasan, pengatur dan pengelola dengan struktur hubungan yang jelas antar stakeholders untuk mencapai tujuan perusahaan tanpa mengesampingkan kepentingan stakeholders. Sejalan dengan pendapat Zarkasyi (2008: 36) bahwa GCG merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Sistem pengaturan hubungan diantara organ perusahaan tersebut merupakan keunggulan GCG yang memungkinkan untuk mencegah dan memperbaiki dengan segera kesalahan dalam strategi perusahaan (Yudokusumo, 2014). PT Angkasa Pura II merupakan salah satu perusahaan BUMN di Indonesia. Komitmen penerapan GCG merupakan hal yang mutlak bagi PT. Angkasa Pura II. Hal tersebut dilakukan melalui penguatan infrastruktur yang dimiliki dan secara berkesinambungan meningkatkan sistem dan prosedur untuk mendukung efektivitas pelaksanaan GCG di PT. Angkasa Pura II. PT. Angkasa Pura II berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG yakni Transparansi, Independensi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Kemandirian dan Kewajaran sebagai dasar peningkatan kinerja Perusahaan dengan secara terus menerus melakukan pemutakhiran berbagai pedoman, prosedur operasi, manual sesuai dengan perubahan peraturan perundang-undangan yang berlaku, program transformasi dan perkembangan Perusahaan. Pemutakhiran ini dikuatkan dengan sosialisasi dan penerapannya. Dalam penerapan GCG, Perusahaan mematuhi berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku serta peraturan internal. Secara berkala, PT. Angkasa Pura II melakukan pengukuran implementasi GCG yang dilakukan oleh pihak independen dan berkomitmen untuk menindaklanjuti setiap rekomendasi perbaikan yang dihasilkan.
Abstrak Pembangunan infrastruktur bandar udara dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan pada masy... more Abstrak Pembangunan infrastruktur bandar udara dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat pengguna transportasi udara. Tujuan penelitian untuk mengetahui strategi pengembangan infrastruktur Bandara Internasional Soekarno Hatta dalam meningkatkan pelayanan penumpang di bandara berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal bandar udara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan metode analisis data yaitu analisis SWOT, IFAS, EFAS dan Matrix SWOT. Tehnik pengumpulan data secara kuesioner dalam mengkaji faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan total nilai rata-rata tertimbang 2,885 pada matrix IFAS menunjukkan strategi perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan berada di atas rata-rata dan kondisi internal perusahaan cenderung kuat. Sedangkan nilai faktor eksternal Bandara Internasional Soekarno-Hatta di atas rata-rata 2,5, Bandara Internasional Soekarno-Hatta harus tetap berupaya maksimal untuk memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman yang dapat mempengaruhi perusahaan. Hal ini terlihat pada keunggulan kompetitif yang diperoleh Bandara Internasional Soekarno Hatta dibandingkan dengan Bandara Internasional Kualanamu dan Bandara Internasional Minangkabau. Terdapat empat alternatif strategi yang dapat diterapkan Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng sehubungan dengan pengembangan infrastruktur dalam meningkatkan pelayanan penumpang di Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Dari empat strategi tersebut (SO, WO, ST, WT) digunakan untuk diterapkan dalam pengembangan strategi yang dapat disarankan pada manajemen Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Kata Kunci: Pengembangan infrastruktur, analisis SWOT, alternatif Strategi PENDAHULUAN Bandar udara selama ini telah dipersepsikan sebagai pintu gerbang suatu daerah, wilayah bahkan negara dan juga telah menjadi simbol prestise tersendiri yang akan diingat oleh penumpang pesawat udara baik domestik maupun internasional. Kemajuan di bidang penerbangan telah merubah wajah dan peta perkembangan perekonomian, mobilitas penduduk, dan pembangunan secara luas. Untuk itu pembangunan infrastruktur bandar udara harus direncanakan kapasitasnya agar mampu melayani kegiatan penerbangan terutama penumpang yang cenderung meningkat cepat. Pembangunan infrastruktur mempunyai peranan sebagai penunjang dalam menggerakkan dinamika pembangunan, memperlancar mobilitas manusia, barang, dan jasa serta mendukung peningkatan hubungan secara nasional dan internasional. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan terus melakukan peningkatan layanan dan membangun infrastruktur Bandar Udara di berbagai daerah. Pembangunan infrastruktur bandar udara dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat pengguna transportasi udara. Pada dasarnya, permasalahan kapasitas akan menyebabkan efek domino tersendiri bagi arus lalu lintas di Bandara. Penumpang yang setiap tahun terus meningkat akan merasa kurang nyaman karena semakin padatnya penumpang yang tidak dimbangi dengan perluasan kapasitas serta penambahan fasilitas yang mendukung kenyamanan penumpang sehingga akan menyebabkan kerugian tersendiri bagi penumpang (Destiani, 2014). PT. Angkasa Pura II adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di Lingkungan Kementerian BUMN yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Berdirinya PT. Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara yang memprioritaskan pelayanan kepada pengguna jasa transportasi udara. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut, PT. Angkasa Pura II harus telah memenuhi penilaian yang mengacu pada peraturan dan perundang-undangan. Berdasarkan hal ini Kementerian Perhubungan telah menginstruksikan kepada seluruh pengelola bandar udara di seluruh Indonesia untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang.
PT.WIJAYA KARYA is a national public company (Tbk) which is engaged in EPC (Engineering, Procurem... more PT.WIJAYA KARYA is a national public company (Tbk) which is engaged in EPC (Engineering, Procurement and Construction). The business ethics of PT.WIJAYA KARYA is demonstrated by good corporate governance referring
ABSTRAK Salah satu perusahaan nasional yang telah berkiprah secara internasional yakni PT.W memil... more ABSTRAK Salah satu perusahaan nasional yang telah berkiprah secara internasional yakni PT.W memiliki memiliki tantangan yang semakin besar. Manajemen strategis berupa analisa SWOT menunjukan bahwa PT.W masih memiliki sejumlah kelemahan (faktor internal) dan ancaman (faktor eksternal). Hasil analisa SWOT tersebut juga digunakan untuk pertimbangan dalam merumuskan strategi perusahaan. Strategi perusahaan yang direkomendasikan adalah kombinasi strategi fokus dan strategi deferensiasi. Sebagai perusahaan konstruksi, PT. W di rekomendasikan fokus pada kualitas produk dan fokus untuk memperluas pangsa pasar perusahaan. Fokus kualitas perusahaan dapat dilakukan dengan penyesuaian budaya perusahaan, peningkatan strategi operasional, dan investasi penggunaan teknologi modern. Fokus perluasan pangsa pasar yakni dengan melakukan ekspansi area kerja baik didalam maupun diluar negeri. Sedangkan untuk meminimalisir ancaman terkait daya tawar konsumen, PT.W perlu melakukan deferensiasi yang dapat dilakukan dengan mengembangkan anak perusahaan yang sudah ada sebagai salah satu sumber penghasilan. Hasil dari penggunaan strategi tersebut, diharapkan PT.W dapat memperluas market share nya dan meminimalisir resiko ketergantungan pada bidang tertentu sehingga profit perusahaan nantinya meningkat. Mengingat penulisan artikel ini menggunakan data operasional PT.W di Indonesia maka diusulkan penulisan artikel kedepannya juga menggunakan data performa PT.W yang beroperasi di luar Indonesia sebagai pertimbangan analisa SWOT. PT.W dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia. Pada mulanya kegiatan usaha PT.W adalah pekerjaan instalasi listrik dan pipa air, seiring dengan waktu aktivitas usaha perusahaan merambah jasa-jasa konstruksi yang tersebar di dalam dan diluar Indonesia. Kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan perusahaan meningkat, ditandai dengan PT W berhasil melakukan melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO). Dewasa ini, perusahaan telah memiliki ribuan karyawan dan menjadi salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia. Semakin besar PT.W maka semakin besar pula tantangan untuk tumbuh menjadi lebih besar. Perkembangan era industri yang berangsur-angsur tumbuh di berbagai bidang, maka perusahaan yang perlu mengambil strategi agar dapat memenangkan persaingan dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar (wicaksono, 2017). Pasar usaha jasa konstruksi di Indonesia sangat berpotensi, dimana kegiatan investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan sektor swasta setiap tahunnya meningkat. Hal ini, berkaitan juga dengan cakupan wilayah dan jumlah masyarakat (publik) yang mesti mendapatkan pelayanan. Pemanfaatan potensi usaha jasa
Uploads
Papers by fajar nurjihad
Progam avenza maps dapat di download di “Google Play Store” pada perangkat. Untuk keperluan regristrasi dapat mengisi biodata yang dibutuhkan, hingga ke halaman utama. Pada halaman utama program avenza kita perlu menggunggah file .pdf yang sudah kita siapkan, (file ini selanjutnya disebut “peta avenza”). Setelah peta di unggah ke dalam program maka kita siap menggunakan avenza maps.
1. Kebijakan manajemen mutu dalam pelaksanaan konstruksi mencakup hal berikut :
a. Detail engineering desain yang lengkap dan bermanfaat
b. Terjaminnya pelaksanaan pekerjaan yang sesuai
c. Kinerja yang memuaskan
d. Terpenuhinya Persyaratan atau Spesifikasi Produk yang telah ditetapkan.
2. Pelaksana konstruksi (kontraktor) kecil Indonesia belum mengimplementasikan manajemen mutu.
3. Faktor penghambat manajemen mutu dapat berbeda untuk masing-masing negara.
Progam avenza maps dapat di download di “Google Play Store” pada perangkat. Untuk keperluan regristrasi dapat mengisi biodata yang dibutuhkan, hingga ke halaman utama. Pada halaman utama program avenza kita perlu menggunggah file .pdf yang sudah kita siapkan, (file ini selanjutnya disebut “peta avenza”). Setelah peta di unggah ke dalam program maka kita siap menggunakan avenza maps.
1. Kebijakan manajemen mutu dalam pelaksanaan konstruksi mencakup hal berikut :
a. Detail engineering desain yang lengkap dan bermanfaat
b. Terjaminnya pelaksanaan pekerjaan yang sesuai
c. Kinerja yang memuaskan
d. Terpenuhinya Persyaratan atau Spesifikasi Produk yang telah ditetapkan.
2. Pelaksana konstruksi (kontraktor) kecil Indonesia belum mengimplementasikan manajemen mutu.
3. Faktor penghambat manajemen mutu dapat berbeda untuk masing-masing negara.